36 Tahun Erik North Cari Gamelan Dermayu

Tiga puluh enam tahun lamanya Erik North penasaran mencari Gong Renteng Dermayu, tidak disangka penggemar budaya Cirebonan ini malah menemukannya bukan dari seniman gamelan, akan tetapi juru Aksara Jawa di Cikedung, Indramayu Selatan.
“Saya sudah mencari gong renteng Dermayu sejak tahun 1981, tak sangka bisa menemukannya. Dan yang mengenalkan (pada saya) bukan seniman gamelan, tetapi seorang juru Aksara Jawa,” kata pria Amerika Serikat, dari Santa Barbara yang di kalangan seniman tradisional Cirebon, dijuluki Mama (Romo) Erik ini.
Lelah penat seharian memenuhi acara padat kunjungan ke Indramayu seperti terobati, ketika pada akhir kunjungan itu Mama Erik bertemu Ki Tarka Sutarahardja, di Markas Sanggar Aksara Jawa Sabtu (9/9/2017) disambut bertalu-talu alunan gending khas — dengan notasi yang terasa kuno namun memiliki tempo yang cepat — ya, alunan tersebut rupanya datang dari Gong Renteng.
Mama Erik sempat mengungkapkan kekagumannya, atas keberhasilan Ki Tarka dan kawan-kawan berhasil menemukan Gong Renteng itu. Dan Ki Tarka bahkan mendatangkan untuk memperdengarkan tetabuhan Gong Renteng itu pada rombongan Sanggar Sinar Surya dari Santa Barbara AS.

Rombongan Sanggar Sinar Surya sedang duduk menikmati sajian gong renteng kangen ati. (Dok. Sanggar AKsara Jawa)
Menurut Ketua Sanggar Aksara Jawa, Ray Mengku Sutentra pihaknya membuat acara Gelar Budaya dalam menyambut rombongan Sanggar Sinar Surya pimpinan Mama Erik dengan menampilkan kesenian Gong Renteng, Jaran Lumping, Pencak Silat, Kidungan serta tayuban.
Semuanya disuguhkan dalam rangka untuk kembali mengenalkan kepada masyarakat umum utamanya yang hadir disekitar markas Sanggar Aksara Jawa agar sadar dan mau peduli akan pentingnya pelestarian Kesenian Tradisional Indramayu.
“Saya dikenal oleh sebagian masyarakat desa sini sebagai Dukun, Paranormal karena saya sering berpakaian Komboran dan beriket kepala motif batik,“ tutur Ki Tarka, ahli penerjemah naskah-naskah kuno beraksara Jawa ini, “Padahal kami ini sedang berjuang untuk kembali mengenalkan budaya asli yang telah lama dilupakan. Masa, orang Amerika seperti Mama Erik saja begitu mencintai kesenian Gamelan, kita sendiri malah acuh dan tidak peduli?,” ungkap Ki Tarka Sutarahardja dalam sambutannya ketika membuka Gelar Budaya.

Ki Tarka Sutarahardja memberikan sambutan pada acara Gelar Budaya. (Dok. Sanggar Aksara Jawa)
Ketika mendengarkan alunan Gong Renteng yang dimainkan oleh Ki Kasra dan grupnya, maka seperti biasa Mama Erik dan rombongan berkolaborasi menabuh Gong Renteng. Tampilnya orang Amerika memainkan gamelan membuat warga setempat takjub dan berebut menonton.
Suasana menakjubkan tersebut langsung disambut meriah oleh para anggota Sanggar Aksara Jawa dengan tampil ke depan dan menari Tayub menyatu bersama iringan nada gong renteng yang eksotik…

Sanggar Sinar Surya memainkan Gong Renteng dengan didampingi Ki Kasra dibelakangnya. (Dok. Sanggar Aksara Jawa)
Mama Erik dalam sambutannya memberikan motivasi dan penjelasan mengenai ketertarikanya terhadap gamelan. Menurutnya, gamelan Cerbon dan Dermayu — khususnya gong renteng — adalah alat musik yang tidak hanya enak didengar tetapi indah dirasakan, katanya.
“Di dalam alunan nadanya ada keindahan yang tak didapati pada instrumen musik di belahan dunia manapun,” ujar Erik, yang sudah menekuni dan mencatat gamelan-gamelan Cirebonan, serta budaya Cirebonan lainnya sejak sekitar tahun 1972 ini.
“Di samping itu, gamelan ini juga merupakan peninggalan para Wali zaman dahulu, maka ayo dilestarikan agar anak cucu kedepan masih bisa merasakan keindahannya…,” kata Erik.
Malam harinya, Erik North menyempatkan diri menghadiri pementasan Wayang Golek Cepak Sanggar Jaka Baru di desa Amis Kecamatan Cikedung Indramayu dengan dipimpin dalang Ki Warsad sebagai bentuk apresiasi kepada Kesenian Wayang Golek Cepak yang mulai langka.

Erik North duduk disamping nayaga yang sedang mengiringi pentas Wayang Golek Cepak Dalang Ki Warsad. (KerisNews.com/Iskandar Z)
Hari Sabtu itu memang hari yang panjang dan padat acara bagi Erik North, beserta tiga rekan Sanggar Sinar Surya, yakni Brian Steeger (seorang ahli instrumen), dan dua murid Erik, Benjamin Seilhamer serta Hannah Drennan.
Rombongan Sanggar Sinar Surya sejak pagi bersiap di Wisma Prima Cirebon, tempat mereka menginap selama berada di Indonesia, menunggu jemputan menuju Indramayu dalam rangka kunjungan dan silaturahmi ke Sanggar-sanggar yang ada di Indramayu.
“Saya dan kawan-kawan Sanggar Sinar Surya ingin bersilaturahmi ke Indramayu, utamanya bertemu dengan Pak Haji Dasuki Jupel Pusaka, Mas Sadewo pimpinan kedai Indramayu Ethnic (IDE), dan tentunya Ki Tarka Sutarahardja Pembina Sanggar Aksara Jawa, ungkap Erik North yang lebih akrab dipanggil “Mama” Erik kepada KerisNews.com.

Erik North sedang mengamati arahan Ki Sartam. (Dok. Astadharma)
Rombongan Sanggar Sinar Surya tersebut dijemput sekitar pukul 08.25 WIB dan dari Cirebon langsung menuju ke Pendopo Kabupaten Indramayu, disana sudah bersiap sambutan khusus berupa sajian Gamelan Prawa Indramayu yang sudah siap diawaki oleh Para Nayaga Pimpinan Ki Sartam.
Menurut penuturan Haji Dasuki yang juga merupakan Pembina Group Gamelan ini, mereka rutin memainkan (nabuh) Gamelan di Pendopo Kabupaten setiap hari Selasa dan Jumat.
Diantara Para Nayaga ada juga yang tergolong paling senior yaitu Ki Surlim usianya sekitar 72 tahun. Beliau merupakan salah satu bekas Panjak/Nayaga Group Tari Topeng Nyi Sure pada sekitar tahun 60-an di desa Pekandangan ketika Mimi Rasinah masih muda (Maestro Tari Topeng), Ungkap H Dasuki pada KerisNews.com.

Tukar Souvenir antara H. Dasuki dan Mama Erik di Pendopo Indramayu. (Dok. Astadharma)
Mama Erik North beserta rombongan anggota Sanggar Sinar Surya menikmati sajian lagu-lagu Gamelan Dermayon diantaranya Jipang Agung, dermayon, dan bendrong. Di sela-sela menikmati sajian Mama Erik North terpanggil untuk mencoba ikut nabuh bersama para Nayaga.
“Sangat cepat sekali, dan berbeda dengan nada-nada yang biasa saya pelajari dan mainkan di Cirebon”. Begitulah celoteh singkat Mama Erik ketika kelabakan mengikuti irama Gamelan bersama para Nayaga.
Pada sesi akhir kunjungan di Pendopo Kabupaten Indramayu Mama Erik dan H. Dasuki saling bertukar suvenir kenang-kenangan berupa CD rekaman Sanggar Sinar Surya dan Pakaian Batik Dermayon dengan Motif Kereta Kencana.

Rombongan Sanggar Sinar Surya menghadiri resepsi Pernikahan ponakan mas Nang Sadewo (Ketua IDE). (KerisNews.com/Iskandar Z)
Rombongan Sanggar Sinar Surya kemudian menuju ke Wisma Haji untuk menerima undangan Makan Siang disebuah acara Resepsi Pernikahan Ponakan Mas Nang Sadewo yang merupakan Ketua Indramayu Etnik (Ide), dari sana kemudian langsung menuju Cikedung untuk bersilaturahmi di Markas Sanggar Aksara Jawa. *
No Responses