Keris-keris Langitan Turun di Pemotretan Kalender

Keris-keris Langitan Turun di Pemotretan Kalender
Kolektor top Kartariadi Gandadinata malah bersimpuh ketika pusakanya dipotret di bawah kerindangan pohon, di samping pohon Timoho Museum Pusaka Taman Mini, Minggu (19/11/2017) siang. (Kerisnews.com/Cakra Wiyata)

Mungkin juga tuah dari lokasi kerindangan pohon jati di besalen GuloKlopo samping Museum Pusaka Taman Mini sehingga keris-keris Koleksi Langitan pada turun dipotret untuk pembuatan Kalender Astajaya hari Minggu (19/11/2017) itu.

Koleksi Langitan, adalah sebutan di kalangan penggemar keris Jakarta, untuk mengatakan koleksi-koleksi eksklusif milik para kolektor Jakarta yang tidak saja banyak yang unik dan khas, akan tetapi juga beberapa di antaranya memang mewah.

Sebut saja keris dapur (tipe model khas keris) Caluring milik dokter Kartariadi Gandadinata, dokter dari rumah sakit Awal Bros di pinggiran Kalimalang, Bekasi yang selain tangguhnya sepuh dan utuh, dengan gaya Majapahit tetapi mungkin dibabar pada era Mataram, juga ada keris-keris milik Samin House Collection Tangerang kepunyaan pak Guntur Bledheg Samin pun turun dipotret.

Sesi pemotretan di samping pohon Timoho Jawa di belakang Museum Pusaka Taman Mini berlangsung khas. Si pemotret disediakan kopi tanpa gula oleh pekeris senior, lantaran tiada waktu banyak untuk jedah minum kopi, juga sampai si pemilik keris pun bersimpuh ketika keris dipotret. Dokter Kartariadi bersimpuh beneran, di atas mester beton, ketika keris Caluring, keris Pajang dan juga keris Pakualaman koleksinya dipotret.

Tak ketinggalan, kolektor top keris, alameng, kawali dan badik Bugis Ahmad Ubbe. Disaksikan sejumlah anggota The Bugis Makassar Polobessi Club (TBMPC), rektor sebuah perguruan tinggi Hukum Litigasi di Jakarta Pusat ini pun menyertakan koleksi top keris Bugis miliknya untuk dipotret sebagai ilustrasi Kalender Astajaya.

Astajaya, salah satu komunitas atau paguyuban tosan aji Jabodetabek yang berdomisili di Jakarta hari itu merayakan setahun dideklarasikan perkumpulannya dengan ditandai tumpengan serta sesi pemotretan keris untuk Kalender Astajaya 2018.

Pemotretan keris untuk Kalender Astajaya 2018

Fotografer Astajaya Abdul Fatah tengah memotret salah satu pusaka untuk Kalender Astajaya 2018 di Taman Mini. (Kontributor/Tira Hadiatmojo)

Suasana setahun tumpengan Astajaya hari Minggu siang itu berlangsung dalam suasana piknik. Lantaran ibu-ibu yang menyertai sang suami ke besalen (tempat khusus pembuatan tosan aji), juga dalam atmosfer piknik – pada selfie dulu dengan tumpeng sebelum tumpengan “direncak” ke piring-piring hadirin.

Besalen GuloKlopo – yang dibuat dan dibangun oleh komunitas Astajaya dan akan dihibahkan ke Museum Pusaka Taman Mini pada peringatan Diakuinya Keris sebagai the Oral and Intangible Heritage of Humanity oleh UNESCO pada 25 November 2017 – hari itu semarak dengan derit gerinda dan dentang tempa kodokan bakalan keris.

Besalen GuloKlopo yang bentar lagi diresmikan dan dihibahkan ini memang sudah menghasilkan beberapa tempaan pertama, tidak untuk komersial, akan tetapi untuk sekadar sejarah pembelajaran keris di Jakarta.

Tetapi lucunya, beberapa keris tempaan pembelajaran malah “sudah pada dipesan” atau laku dipesan. Padahal, sebenarnya memang dimaksudkan untuk sebagian disimpan di Museum Pusaka untuk jejak pembelajaran tosan aji Jakarta. Apalagi, tempaan pengageng Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Yudhaningrat beberapa saat lalu, ketika singgah di besalen. Gebingan bahan hurab yang ditempa pertama Gusti Yudho itu laris dipesan!

Juga laris dipesan, keris-keris pertama besalen GuloKlopo, yang bahkan detil ricikan pun belum selesai digarap – seperti keris berpamor pedaringan kebak dengan 512 lipatan garapan Lurah Besalen Andrianto Mas Tok – atau keris berdapur Sepang garapan Kohin Abdul Rohim. Khusus yang berdapur Sepang dari bahan lama, pethel-pethel (kampak kuno) kabudan itu, tantingannya sangat ringan. Seringan keris-keris kuno…

Tumpengan besalen Astajaya 2017

Ketua Umum Astajaya, Cakra Wiyata memotong tumpeng setahun deklarasi Paguyuban Tosan Aji Astajaya di depan besalen GuloKlopo Taman Mini, Jakarta Timur, Minggu (19/11/2017) siang. (Kontributor/Tira Hadiatmojo)

Setahun Astajaya kali ini memang ditandai dengan kesemarakan. Tidak hanya berdirinya besalen GuloKlopo di kerindangan pohon Jati Museum Pusaka Taman Mini. Akan tetapi juga terbitan media online tentang Warisan Budaya (Heritage) seperti Keris, Wayang, Batik dan Sejarah Tradisi lainnya yang bertajuk KerisNews.com.

Selain diawaki sebagian anggota Astajaya, juga Kerisnews ini dipandegani jurnalis-jurnalis senior, seperti Riyo Sesono Danumurti, mantan jurnalis Mingguan Berita Tempo yang juga pernah menjadi Pemimpin Redaksi Indosiar. Juga wartawan senior eks Kompas, Jimmy S Harianto. Selain jurnalis, Riyo Danumurti adalah juga sejarawan, lulusan S3 Sejarah di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia di Depok.

Sedangkan besalen GuloKlopo, dibangun dengan dana hibah (patungan penjualan pusaka dalam beberapa kali lelang tosan aji secara online) oleh komunitas Astajaya, dimaksudkan sebagai “besalen laboratorium” untuk pembelajaran keris. Jadi, secara resminya bukan besalen tradisional, ataupun besalen komersial meski tidak bisa ditutup kemungkinan adanya pesanan-pesanan dari kalangan perkerisan Jakarta dan sekitarnya.

Meski baru seumur jagung, namun besalen GuloKlopo sudah menghasilkan pembelajaran tentang tempa tosan aji – bagaimana membuat saton, menyiapkan kodokan (bakalan keris), ataupun melakukan finishing dengan gerinda – dan juga pelajaran-pelajaran tempa lain.

Salah satu pembelajaran berharga, misalnya, untuk menyatukan besi-besi atau baja modern ke dalam saton untuk kodokan itu tidak mudah. Sering njepat, atau gagal menyatu gara-gara salah treatment atau kekurang tahuan. Learning by doing….

Keris Sepang buatan Besalen GuloKlopo Taman Mini

Keris berdapur Sepang yang digarap Kohin Abdul Rohim tengah digerinda di besalen GuloKlopo Taman Mini, Jakarta Timur. (Kerisnews.com/Iskandar Z)

Pelajaran lain, ditemukannya kunci bahwa untuk menempa bahan pamor nikel modern – kata Ferry Yuniwanto salah satu disainer keris di GuloKlopo – adalah bahwa nikel modern di keris nom-noman, ternyata dilipat harus pakai baja. Kalau dilipat pakai besi? Sekeras apapun besinya, akan cepat terbakar di api jika pamornya nikel modern.

Sebuah pelajaran, yang menurut kata Ferry Yuniwanto, tak pernah tertulis di dalam buku-buku lama perkerisan seperti Pandameling Duwung dari Kraton Surakarta Hadiningrat, ataupun catatan-catatan berharga seperti buku The Javanese Kris dari Isaac Groneman. Groneman adalah penulis keris Belanda, pernah menjadi “mantu” kerabat raja Yogyakarta, kerabat dari Hamengku Buwana VII di abad ke-19.

Itulah penemuan-penemuan kunci dari sebuah proses “Learning by Doing” yang terjadi di besalen seumur jagung, besalen GuloKlopo di Taman Mini Jakarta Timur ini. Padahal, besalen baru menyala apinya sejak 17 Agustus 2017 lalu…. *

Se;fie ibu-ibu di depan besalen Taman Mini

Ibu-ibu isteri para “maganger” besalen, ikut enjoy seraya selfie di depan besalen GuloKlopo Taman Mini. (Kontributor/Rieta Ray Kelvianto)

Selfie di depan tumpengan besalen GuloKlopo

Ibu Guntur Bledheg Samin selfie di depan tumpeng sebelum acara tumpengan di depan besalen GuloKlopo Taman Mini. (Kontributor/Rieta Ray Kelvianto)

Pemotretan Kalender Astajaya 2018

Ahmad Ubbe kolektor polobessi (tosan aji) Bugis dalam sesi pemotretan di samping pohon Timoho di Museum Pusaka Taman Mini. (Kontributor/Tira Hadiatmojo)

Tumpengan di besalen GuloKlopo Taman Mini

Kepala bagian Umum Museum Pusaka Taman Mini Abdul Azis (kaos lila) bersama Joko Murdianto senior perkerisan, menikmati sop iga di depan besalen GuloKlopo. (Kontributor/Rieta Ray Kelvianto)

Tumpengan di depan besalen GuloKlopo

Menyantap tumpengan di depan besalen GuloKlopo Taman Mini. Di bawah kerindangan pepohonan jati. (Kontributor/Rieta Ray Kelvianto)

 

banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply