Berkat Patrem Nyai Tentrem

Awalnya Lisa Sanjaya mengaku takut dengan keris. Bahkan sampai enam tahun silam juga tidak mengoleksi keris satupun, sampai suatu ketika kakeknya, Eyang Raden Romo Suwito dari desa Nggesikan Yogyakarta Selatan memberinya tiga pucuk patrem atau keris kecil.
“Saya dulu malah takut keris,” tutur Lisa, yang basisnya sebenarnya adalah guru kuliner dari Lisa Cake Decoration, sebuah profesi yang dijalaninya selama lebih kurang 26 tahun terakhir. Selain mengajar boga, bikin kue dan roti Lisa kini juga mengelola sebuah resto menu tradisional “Lembah Desa” di Yogyakarta selatan beserta sebuah Taman dan Pemancingan di atas lahan kas desa seluas 3 hektar yang dinamainya, Tabulapot alias Taman Buah dalam Pot. Dan memang, ada berbagai macam jenis tanaman buah, dari jambu sampai tanaman buah yang lain di lahan sekitar restonya.
Lisa diwawancarai Kerisnews Kamis (1/4/2021) di sela-sela pembukaan “Pameran Patrem” yang digarap komunitas kerisnya, Udan Mas yang dimotori seorang komikus, Wisben Antoro – sosok asli Ngayogyakarta yang sering tampil di acara Stand Up Komedi di televisi nasional. Komunitas Udan Mas sendiri, menurut Wisben, merupakan komunitas baru para penghobi keris Yogya selatan yang didirikan belum setahun lalu pada Januari 2021, dari hasil kumpul-kumpul di pendopo Tabulapot milik keluarga Lisa Sanjaya. Pameran unik, khusus keris Patrem ini menurut Wisben, memang diilhami oleh keris patrem Lisa Sanjaya.
“Beliau memiliki sekitar 20 keris patrem,” tutur Wisben pula. Sementara menurut Lisa Sanjaya, “berkat patrem itu, saya malah mendapatkan 80 bilah keris warisan eyang saya…,” tuturnya. Maksud Lisa, sekitar enam tahun lalu ia diberi tiga pucuk patrem, satu patrem luk dan dua patrem lurus. Setelah eyangnya meninggal, Lisa memperoleh 80 bilah keris warisan sang eyang.
“Berkat patrem ini, saya malah bisa ‘mengumpulkan’ sekitar 80 bilah keris untuk dipamerkan di Pameran Patrem kali ini,” ungkap Lisa pula. Boleh dibilang setelah mendapatkan keris patrem yang sangat sederhana, tanpa pamor, luk lima dari sang kakek, berbagai urusannya seperti mendapatkan berkat, semua lancer.
“Patremnya biasa saja, tanpa pamor, keris bikinan Gresik,” kata Lisa pula, yang dalam pameran ini juga memamerkan kreasinya, berupa singep-singep (sarung khusus untuk keris) produksinya yang terbuat dari bahan bludru warna-warni dalam enam ukuran kecil, kesemuanya untuk patrem, serta singep kain putih untuk keris-keris biasa. Pameran khusus keris Patrem yang dibuka oleh adik Sultan Hamengku Buwana X, yakni Gusti Bendoro Pangeran Haryo Yudaningrat pada Kamis siang itu di ruangan pameran di sisi atas resto Lembah Desa Yogya selatan.
“Saya belajar tentang keris dari pak Wisben, juga pak Eddy Sanjaya yang masih famili saya,” tutur Lisa Sanjaya. Eddy Sanjaya, adalah salah satu sosok kolektor keris yang terkenal di Yogyakarta dari sejak tahun 1980-an. Terutama Lisa menyukai keris bentuk patrem yang berukuran kecil, sekitar sekilan lebih sedikit, karena simpelnya. Juga, keris patrem umumnya tidak mempersoalkan, apakah keris kecil tersebut bikinan baru, kemaren sore, ataupun keris sederhana berukuran kecil lawasan, bikinan kuno.
“Komunitas kami bermula dari kumpul-kumpul di pendopo rumah saya, dimaksudkan juga untuk menggiatkan teman-teman pengrajin keris yang jumlahnya banyak di Yogya selatan, di Imogiri,” tuturnya. Dan berkat patrem sederhana yang dijulukinya Nyai Tentrem, pameran khusus Patrem kali ini diikuti tidak hanya dari kolektor keris dari Yogyakarta, akan tetapi juga dari Semarang, Purworejo, Solo, dan bahkan Jakarta.
“Semoga dalam waktu dekat, diikuti dengan kegiatan lain perkerisan,” ungkap Gusti Yudho, yang pada kesempatan pameran ini sempat memahari keris dengan warangka timoho bermotif “kendhit sabuk” kesukaan beliau. Gusti Yudho bahkan menyempatkan hadir, setelah melayat di pemakaman kerabatnya, Gusti Hadiwinoto yang juga adik dari Sultan Hamengku Buwana X hari Kamis siang.
“Gusti Yudho pula yang dulu meresmikan resto dan pemancingan saya 17 tahun yang lalu,” tutur Lisa Sanjaya yang mengaku ibunya asli Jawa Bantul Yogyakarta, serta ayahnya Tionghoa namun gemar ikut upacara tradisi semacam Nyadran, serta upacara tradisi lain di Ngayogyakarta Hadiningrat. Dan berkat keris sederhananya, yang dulu cuma bersarung model walikat dari bambu yang sudah rapuh, Lisa Sanjaya berhasil “mendatangkan” puluhan keris untuk dipamerkan di ruang pamerannya di Lembah Desa. *
Kerisnews/Tira Hadiatmojo
No Responses