Beli Keris Pakai Apartemen

Barter keris dengan keris itu biasa. Tetapi barter keris dengan apartemen? Mungkin baru Hengki Joyopurnomo yang berbuat senekat itu. Sekitar setahun lalu, Hengki membeli 12 bilah keris dari seorang teman dekatnya dan membayarnya pakai sebuah apartemen tiga kamar di Bassura Jakarta Timur seharga Rp 800 juta….
“Saya kalau ingin sesuatu, ngotot berusaha sampai tercapai…,” tutur Hengki, pebisnis keris yang sekaligus kolektor, pedagang dan sekaligus juragan sukses namun tidak sombong terhadap sesama ini. Dan bukan Hengki pula, jika tidak ngotot untuk menerbitkan sebuah buku tentang garan keris, The Power of Kris Hilt, meskipun untuk mewujudkan impiannya itu, ia harus mengeluarkan uang luar biasa banyak dari koceknya.

Hengki dan dua etalase khusus untuk hulu keris koleksinya. Selain meluncurkan buku terbitannya, The Power of Kris Hilt, Hengki Joyopurnomo juga akan menggelar Pameran Pribadi Hulu Keris koleksinya di Mangga Dua Square, Jakarta Pusat pada 25-28 Oktober 2019.
(Kerisnews.com/Tira Hadiatmojo)
Ketika ditemui Kerisnews di rumahnya di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur Sabtu (28/9/2019) malam, di kamar tamunya sudah berdiri dua showcase khusus untuk satu hulu keris, dan satu showcase lain yang hanya untuk memajang dua hulu keris. Hengki merancang sendiri tempat-pajang khusus handel (garan keris) yang akan dipakainya untuk “Pameran Pribadi”, pada saat peluncuran bukunya nanti. Buku setebal 200 halaman tentang handel keris ini, disajikan full colour, dengan foto-foto hulu keris segede-gede gaban.
Bukan Hengki pula jika tidak ngotot untuk mencapai keinginannya menerbitkan sebuah buku tentang garan keris, The Power of Kris Hilt kali ini. Total jendral ia harus mengeluarkan uang tak kurang dari 1 milyar dari koceknya. Buku terbitan mewah, dengan kurator dan sekaligus juga fotografer Africo Ferry Kurniawan, fotografer Ferry Ardyanto dan Mamen Dazur serta penulis senior eks pengelola majalah Keris, Riyo S Danumurti, artistik JB Moordiono keseluruhannya menampilkan koleksi hulu keris milik Hengki Joyopurnomo.
Uang sebanyak “satu ember” itu tentu tidak hanya untuk penerbitan buku, yang kurang lebih makan biaya Rp 400 juta untuk 300 eksemplar. Terbanyak, adalah untuk membeli koleksi hulu keris – demi bisa dimuat di bukunya dan dipamerkan dalam pameran pribadinya. Juga, untuk membuat 23 showcase baru rancangannya sendiri, khusus untuk memajang koleksinya.
“Ada juga showcase untuk keris. Jumlahnya enam buah untuk masing-masing lima bilah keris,” tutur Hengki. Tetapi 17 showcase lainnya, diperuntukkan khusus untuk memamerkan handel, atau hulu keris koleksinya. Masing-masing 5 showcase berkapasitas memajang 1 handel, 2 buah khusus untuk dua handel, satu buah untuk tiga handel, dan sembilan showcase lainnya untuk 6-7 handel.
“Lokasi pameran di tempat drop off mobil di Mangga Dua Square, “ kata Hengki. Dan dari sekitar 100-150 kios yang bakal dibangunnya di lokasi drop off mobil Mangga Dua Square itu, sudah 80 ‘terjual’ atau disewa teman-temannya – baik itu para pebursa keris, batu mulia maupun penjual barang antik.
Pameran dan sekaligus peluncuran buku koleksi garan keris Hengki Joyopurnomo pada 25-28 Oktober 2019 ini diperkirakan akan menjadi salah satu acara paling menarik pengunjung keris nasional – yang praktis sepanjang tahun tak pernah sepi pameran.
“Sampai saat ini, baru buku handel tulisan Toni Junus. Dan setelah ini, sudah ada rencana saya yang baru untuk menerbitkan buku handel berikutnya…,” kata Hengki, yang mengaku belum genap dua tahun ini ia kembali berbisnis keris setelah tiga setengah tahun bisnis batu.
Kerisnews pernah menulis perjalanan menarik bisnis keris Hengki Joyopurnomo, kurang lebih setahun lalu. Dan perjalanan Hengki, merupakan salah satu cerminan keuletan seorang pendatang dari daerah yang mengembangkan karir bisnisnya di Ibu Kota Jakarta.

Galeri Wesi Aji, adalah toko tempat Hengki berjualan batu mulia dan keris di pasar Rawabening, Jakarta Pusat.
Hengki merintis karir bisnisnya dari nol di Jakarta. Meninggalkan desa kelahirannya, Sidareja di Cilacap Jawa Tengah, untuk kuliah Komputerisasi Akuntansi di Bina Nusantara (Binus) pada 1990, Hengki pun “nyambi” kerja di showroom mobil bekas di Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
“Sabtu dan Minggu, saat showroom libur, jam 09.00 pagi saya sudah duduk di Pasar Rawabening ngobrol bersama teman-teman penjual, sampai magrib,” tutur Hengki. Gara-gara banyak bergaul dengan teman-teman penjual keris, Hengki pun kemudian menekuni bisnis keris. Juga, jadi kolektor kecil-kecilan sembari jualan.
“Tahun 1997 saya berhenti dari kerja di showroom. Harta saya waktu itu hanya keris,” kata Hengki. Dengan modal harta keris itulah, Hengki memulai karir barunya berbisnis keris, sampai akhirnya bisa membeli kios di pusat perdagangan batu mulia dan keris di seberang Stasiun Jatinegara Jakarta Timur itu.
Tahun 2000-an, Pasar Rawabening diremajakan, Hengki pun sempat pindah dua tahun di sebuah mall tak jauh dari stasiun Jatinegara. Mal Pusat Grossir Jatinegara (PGJ). Ia buka kios keris, bersama teman-teman pindahan dari Rawabening, sementara Rawabening lama dipugar.
Hengki pun membeli 3 buah kios di Rawabening ketika pasar lama selesai dipugar. Setelah menikah, Hengki mengaku melejit bisnisnya. “Berkat dukungan isteri saya, yang mengelola keuangan saya,” kata Hengki pula.
Tahun 2006 sudah mampu membeli rumah, yang kemudian ditempati mertuanya di Jatinegara, serta membeli rumah lagi tak jauh dari lokasi tempat tinggalnya sampai hari ini. Semuanya dari hasil jerih payah berjualan keris.
Sempat tiga tahun setengah berhenti berbisnis keris, ketika terjadi booming batu mulia, pada 2013-2016. Saat booming batu, Hengki praktis berhenti total berbisnis keris. Dan banting stir jualan batu mulia.
Bukan Hengki pula, jika tak berhasil berbisnis. Tiga tahun bisnis batu, tidak hanya menghasilkan apartemen maupun rumah-rumah kontrakan bagi pedagang batu Rawabening. Akan tetapi juga mendatangkan hadiah tiga mobil dan delapan motor, dari kemenangan-kemenangannya di Lomba Batu.
Kurang lebih satu setengah tahun lalu, saat bisnis batu sudah mulai menurun, Hengki kembali banting stir jualan keris. Sampai sekarang, belum genap 2 tahun berkeris lagi, Hengki malah menggelontorkan milyaran uang untuk membeli berbagai keris bagus, dan terutama hulu-hulu keris yang termasuk ‘collector’s item’.
“Tetapi dunia hulu keris memang memiliki pesona tersendiri,” kata Hengki, yang mengaku setiap mau tidur, selalu mengelus-elus koleksi hulu kerisnya yang dimasukkan dalam kotak-kotak plastik. Di luar kamar tidurnya, Hengki mengaku lebih puas tak hanya mengeruk untung dari keris. Akan tetapi juga memberikannya kembali sebagian uangnya untuk kemajuan dunia perkerisan.
Tak salah lagi jika Hengki Joyopurnomo kali ini disebut sebagai “The Kerisman of the Year 2019”. Hengki adalah orang yang bisa mewujudkan idealismenya, menerbitkan buku, bikin pameran dan toh tetap sukses berdagang keris. Bravo Dunia Hengki…*

Hengki Joyopurnomo, kanan, ketika diwawancara Kerisnews di rumahnya di Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (29/9/2019) lalu.
(Kerisnews.com/Tira Hadiatmojo)
cameliaOctober 1, 2019 at 6:25 am
keren