Tradisi Idul Adha di Keraton Cirebon

Gema takbir mengagungkan asma Allah berkumandang menyambut datangnya hari raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1440 H, yang bertepatan pada hari Minggu (11/8). Khusus di wilayah Jawa Barat bagian pesisir pantai utara terdapat pusat kebudayaan Islam yang telah berdiri sejak abad 15 dan sampai saat ini masih terus aktif dalam menyiarkan ajaran-ajaran keagamaan yang dibalut dalam serangkaian kegiatan budaya.

ritual jamasan gamelan sekaten Keraton Kasepuhan Cirebon yang dilakukan sehari sebelum hari raya Idul Adha. (Kontributor/Raden Nang)
Jejak kebudayaan tersebut berada di Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman dan keraton Kacribonan Cirebon. Sejumlah tradisi pun digelar untuk menyambut hari raya qurban itu. Sehari sebelum hari raya Idul Adha Keraton Kasepuhan memulai aktifitasnya dengan mengeluarkan seperangkat gamelan kuno yang tersimpan di ruang pamer Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon. Gamelan Sekaten, perlahan dikeluarkan oleh para abdi dalem untuk selanjutnya dibawa menuju tempat penjamasan (pencucian) yang telah disiapkan.

instrumen Gamelan Sekaten ini diperkirakan merupakan peninggalan sejak tahun 1494 M. (Kontributor/Waryo Sela)
Jamasan ini dimaksudkan sebagai upaya penyucian dan perawatan sebelum nantinya akan di tempatkan di kompleks Siti Hinggil Kasepuhan Cirebon. Gamelan Sekaten Kasepuhan akan dibunyikan setelah pelaksanaan Sholat Idul Adha, dalam tradisi Keraton rombongan Sultan dan keluarga sebelum masuk kembali ke Keraton akan mampir sejenak di Siti Hinggil dan menyaksikan gamelan Sekaten dibunyikan.
Minggu Pagi setelah pelaksanaan Sholat Idul Adha tampak sang Putra Mahkota Kesultanan Kasepuhan Cirebon Pangeran Raja Adipati (PRA) Luqman Dzulkaedin, S.H. bersama pini sepuh memeriksa dan mengamati sejenak para nayaga membunyikan Gamelan Sekaten.

Tim Nayaga atau penabuh Gamelan Sekaten telah bersiap, tampak pada samping kanan terlihat Mama Erik North, seorang pelestari dan pegiaat Gamelan Cirebonan dari Santa Barbara , Amerika. (Kontibutor/Raden Nang)
Sedangkan untuk aktifitas di Keraton Kanoman Cirebon tentunya ada sedikit perbedaan dimana pada momen Idul Adha tidak ada agenda pembunyian Gamelan Sekaten. Gamelan Sekaten Keraton Kanoman dibunyikan pada saat peringatan Maulid Nabi. Adapun kegiatan tradisi yang dilaksanakan di Keraton Kanoman yaitu melaksanakan tradisi grebeg ageng, dimana rangkaian acaranya dimulai dari gedong Jinem Keraton Kanoman telah bersiap Patih Keraton Kanoman, Pangeran Raja Muhammad Qodiran yang bertindak mewakili Sultan Kanoman XII menuju Astana Giri Nur Sapta Rengga Gunung Sembung (Kompleks Makam Kanjeng Susuhunan Gunung Jati).

Makam-Sunan-Gunungjati-Cirebon-Pintu Pasujudan. (Dok.Istimewa)
Sesampainya di Astana Giri Nur Sapta Rengga, Pangeran Patih bersama keluarga Kanoman kemudian berjalan kaki menuju Masjid Keramat Kanjeng Susuhunan Gunung Jati untuk menunaikan ibadah Sholat Idul Adha, Pangeran Patih menempati sebuah tempat sholat khusus yang disebut “Maksuroh”
Acara selanjutnya adalah sungkeman yang dilaksanakan oleh para keluarga dan masyarakat umum yang hadir, kemudian rombongan Patih Kanoman beserta keluarga Kanoman menuju lawang gede/pintu Pasujudan dan menaiki anak tangga melewati semua pintu sampai dengan pintu teratai (Pintu IX) gedong Jinem Pesarean Kanjeng Susuhunan Gunung Jati. Kemudian dilakukan pembacaan doa dan rangkaian tahlil di area Gedong Jinem Susuhunan Jati, Maqbaroh Panembahan ratu, Gedong Sultan Raja Muhammad Badridin (Sultan Anom I), dan para leluhur Cirebon serta Sultan-sultan Kanoman terdahulu.

Masjid Keramat Kanjeng Susuhunan Gunung Jati, Pangeran Patih menempati sebuah tempat sholat khusus yang disebut “Maksuroh” dengan Jubah keemasan. (Kontributor/Kanoman)
Patih Kanoman kemudian keluar dari sisi pintu Pesarean Putri Ong Tien dan setelah berada di depanya dilakukan pula pembacaan doa dan tahlil dengan menghadap Kiblat. Setelah selesai rangkaian acara pembacaan tahlil dan doa terhadap para leluhur maka rombongan berjalan menuju gedong Pesanggrahan dan beristirahat sejenak untuk kemudian diakhiri dengan kegiatan sawer atau surak/membagikan uang logam atau sedekah kepada masyarakat disekitar.
Sebagai penutup Patih Kanoman kembali menuju Pintu Pasujudan untuk melakukan pembacaan tahlil dan doa penutup, lalu rombongan kembali menuju Keraton Kanoman Cirebon.

Rombongan Sultan Kacribonan bersama sang Putra Mahkota menuju Langgar Kramat untuk menunaikan Ibadah Sholat Ied. (Kontirbutor/Ratu Beda Natadiningrat)
Kemudian Keraton Kacribonan yang didirikan pada tahun 1808 dan merupakan kerabat Keraton Kanoman Cirebon (Pendirinya adalah Pangeran Raja Kanoman) juga menjalankan aktifitas Idul Adha dengan rangkaian yang lebih sederhana dimulai dengan rombongan Gusti Sultan Kacribonan berangkat sholat menuju Tirta Sumirat atau langgar Kramat yang telah ada sejak tahun 1797, setelah mendengarkan khotbah lalu acara selanjutnya dilanjutkan dengan makan bersama dengan masyarakat sekitar dengan menu “Sega Bogana”. lalu siang hari selepas sholat duhur dilakukan pemotongan hewan Qurban milik Gusti Sultan Kacribonan. Sebagian keluarga Keraton Kacribonan juga ada yang mengikuti sholat Ied di Astana Giri Nur Sapta Rengga Gunung Sembung bersama keluarga Keraton Kanoman.

Rombongan Gusti Sultan Kacribonan sampai di depan Langgar Kramat. (Kontributor/Ratu Beda Natadiningrat)
No Responses