Sambut HWN, Organisasi Pewayangan Rapatkan Barisan

Ditetapkannya tanggal 7 November sebagai Hari Wayang Nasional (HWN), melalui KEPPRES Nomor 30 tahun 2018, disambut gembira oleh seluruh komunitas pewayangan. Adanya HWN ini, dianggap bisa menjadi momentum bagi pengembangan pewayangan.
Karena itu, SENA WANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia) pada Selasa (19/2/2019) lalu, menggelar “Rapat Koordinasi Organisasi Pewayangan Indonesia”, di Ruang Sarasehan, Gedung Pewayangan Kautaman, Jalan Raya Pintu I, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.
“Bersama-sama membincangkan masalah-masalah terkait dengan pewayangan dalam setahun yang lalu dan rencana-rencana setahun ke depan. Setahun ini agak khusus karena perjuangan yang telah dilakukan oleh organisasi-organisasi pewayangan, yaitu mengusulkan agar ditetapkannya Hari Wayang Nasional sudah terkabul,” kata Suparmin Sunjoyo, Ketua Umum SENA WANGI, saat memberi sambutan.

Suparmin Sunjoyo memberi sambutan di acara “Rapat Koordinasi Organisasi Pewayangan Indonesia”, Selasa (19/2/2019) lalu, di Ruang Sarasehan, Gedung Pewayangan Kautaman, Jalan Raya Pintu I, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
Sementara, Restu Gunawan, Direktur Kesenian Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, saat memberi sambutan mewakili Dirjen Kebudayaan, mengatakan rapat koordinasi sangat penting untuk konsolidasi ke depan apa yang akan dilakukan.
“Sekarang, saya juga sebagai pemerintah mau menagih kepada organisasi di bidang pewayangan ini. Setelah pemerintah, presiden menetapkan hari wayang, aksinya apa. Kira-kira, kan begitu. Nanti, jangan sampai setelah ditetapkan, kami lagi yang menjadi sponsor utamanya. Kira-kira, kan gitu. Jadi, mudah-mudahan muncul inisiatif-inisiatif dari masyarakat semua,” kata Restu Gunawan, yang kemudian membuka acara.
Berkaitan dengan peringatan pertama Hari Wayang Nasional nanti, Restu Gunawan berharap bisa mengonsolidasi seluruh kekuatan yang ada di bidang pewayangan. Peringatan dibuat bersama-sama yang melibatkan seluruh stakeholder, sehingga baik masyarakat dan para pelaku pewayangan bisa merasakan adanya Hari Wayang Nasional.
Hal ini sesuai dengan pesan dan arahan Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid, agar HWN menjadi momen bersama untuk menggerakkan berbagai kegiatan terkait pewayangan secara nasional dan serentak di seluruh Indonesia. Juga melaksanakan kegiatan sosialisasi, informasi seni budaya wayang dengan menggunakan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK), yang diharapkan bisa menjangkau khalayak luas, terutama generasi muda.
Dan, di KEPPRES Nomor 30 tahun 2018, yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada bulan Desember 2018, disebutkan bahwa wayang Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi aset budaya nasional yang memiliki nilai sangat berharga dalam pembentukan karakter dan jati diri Bangsa Indonesia.

Suasana “Rapat Koordinasi Organisasi Pewayangan Indonesia”, Selasa (19/2/2019) lalu, di Ruang Sarasehan, Gedung Pewayangan Kautaman, Jalan Raya Pintu I, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
Bagi organisasi pewayangan, hal itu merupakan tugas yang mulia sekaligus berat. Karena harus mampu menampilkan pergelaran wayang yang berkualitas “edipeni dan adiluhung”. Dalam pesan tertulis yang dikeluarkan SENA WANGI, disebutkan pentas wayang yang bermutu hanya bisa ditampilkan oleh para dalang yang mumpuni.
“Di tangan mereka (para dalang) wayang bisa menjadi tontonan yang menarik dan menyampaikan pesan tuntunan hidup, yang tersusun dalam tatanan teratur,” ujar pesan tertulis dari SENA WANGI.
Di rapat atau pertemuan tahunan ini, hadir para pimpinan dan pengurus organisasi pewayangan. Selain SENA WANGI, juga ada dari PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia), APA (Asean Puppetry Association), UNIMA (Union Internationale de la Marionnette) Indonesia, PEWANGI (Persatuan Wayang Orang Indonesia), Lembaga-lembaga Pemerintah, juga Sanggar-Sanggar, dan lainnya.
Mereka, selain menyampaikan laporan rutin keorganisasian dan lembaga masing-masing, juga membahas rencana jangka panjang pengembangan pewayangan Indonesia. Termasuk wayang memasuki dunia ilmu pengetahuan, dan rencana pentas wayang oleh PEPADI tingkat Kabupaten/Kota, serta yang lainnya.
“Dengan penetapan HWN akan menjadi momen depan dan lebih mengingatkan kepada masyarakat luas bahwa wayang Indonesia bukan hanya bercorak Jawa saja, Jawa sentris, melainkan seluruh jenis wayang dari seluruh daerah Indonesia,” kata Suparmin Sunjoyo saat presentasi SENA WANGI, tentang salah satu pemikiran yang bisa menyatukan, berkaitan dengan penetapan Hari Wayang Nasional.

Foto bersama setelah penandatanganan kerjasama SENA WANGI dan PEPADI dengan BNN, di acara “Rapat Koordinasi Organisasi Pewayangan Indonesia”, Selasa (19/2/2019) lalu, di Ruang Sarasehan, Gedung Pewayangan Kautaman, Jalan Raya Pintu I, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
SENA WANGI, sebagai organisasi pewayangan, memiliki beberapa program unggulan, seperti Festival Wayang Indonesia (FWI), Hari Wayang Nasional, Wayang memasuki dunia ilmu pengetahuan (Filsafat Wayang), dan Teater Wayang Indonesia (TWI).
Dan, untuk FWI ke depan, menurut Suparmin, karena memasuki kehidupan dunia milenial, pemakaian komputer lebih digalakkan. Jadi berbeda dengan format atau konten festival wayang sebelumnya.
Sementara, Sri Tedy Rusdy, dari SENA WANGI, mengatakan dulu para pujangga maupun penulis melihat ilmu pengetahuan dalam wayang menjadi beberapa unsur. Yaitu, pedalangan, mistik atau tasawuf, dan yang paling rasional filsafat wayang.
“SENA WANGI dan filsafat wayang ini sebenarnya sudah sangat jauh sekali dilakukan. Jadi bukan soal setahun dua tahun yang lalu. Tapi ini justru sebelum tahun dua ribu, filsafat wayang ini sudah mulai,” kata Sri Tedy Rusdy saat memaparkan kenapa SENA WANGI fokus ke ilmu pengetahuan dalam wayang yang bersifat filsafat wayang.
Sedangkan, Kondang Sutrisno, Ketua Umum PEPADI Pusat, mengatakan bahwa PEPADI masih melanjutkan kegiatan rutin, yaitu Festival Dalang Bocah (FDB) dan Festival Dalang Muda (FDM) tingkat Nasional, yang berlangsung setiap tahun.

Para pimpinan dan pengurus organisasi pewayangan foto bersama seusai acara “Rapat Koordinasi Organisasi Pewayangan Indonesia”, Selasa (19/2/2019) lalu, di Ruang Sarasehan, Gedung Pewayangan Kautaman, Jalan Raya Pintu I, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
Selanjutnya, selain program yang sudah ada, PEPADI akan menggarap program strategis, seperti pengenalan wayang di sekolah, dan mengadakan kerjasama dengan pemerintah untuk program tayangan wayang di TV secara rutin.
“Cita-cita yang dilandaskan oleh para petinggi wayang Indonesia adalah Indonesia akan menjadi pusat wayang dunia. Nah, kita rintis itu. Jadi kegiatan UNIMA itu hanya salah langkah saja untuk menuju ke sana,” kata Samodra Sriwidjaja, Presiden UNIMA Indonesia, saat menyampaikan program kerja organisasi.
Samodra juga menyampaikan bahwa UNIMA Indonesia memiliki kegiatan di dalam dan luar negeri. Saat ini, sedang dalam persiapan sebagai tuan rumah Konggres UNIMA Internasional dan Festival Wayang Dunia, pada tahun 2020 nanti, yang bertempat di Bali. Juga akan diadakan Seminar Internasional UNIMA, dengan tema “Puppetry Unifying People”.
Organisasi lainnya, PEWANGI yang diketuai oleh Luluk Sumiarso, dan ASIA WANGI yang merupakan Paguyuban Karyawan BCA Pecinta Wayang Indonesia dengan ketua Adhi Yoga Utama, juga berkesempatan menyampaikan program kerja organisasi.
Di Rakor Organisasi Pewayangan ini juga digelar dua acara penting, pertama penandatanganan nota kesepahaman antara Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan SENA WANGI, tentang “Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika”.
Kedua, penandatanganan perjanjian kerjasama antara Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN dengan PEPADI Pusat, tentang “Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika”.

Pentas Teater Wayang Indonesia menampilkan Drayang (Drama Wayang) Swargaloka, dengan cerita “Kidung Anargya, Kunti Talibrata”, di Teater Kautaman, Gedung Pewayangan Kautaman, sebagai penutup Rakor Organisasi Pewayangan.
Kondang Sutrisno mengatakan bahwa wayang memang fleksibel. Bisa bekerjasama dengan apa pun. Di pakeliran wayang ada space–space tertentu yang bisa dimanfaatkan. Di goro–goro, limbukan, misalnya, bisa untuk sosialisasi tentang bahaya narkoba.
“Jadi, wayang itu adalah seni tradisi, kalau saya bilang, yang bisa mengikuti perkembangan zaman. Kalau tidak udah hilang kemarin,” kata Kondang Sutrisno kepada KerisNews.com, berkaitan adanya kerjasama dengan BNN.
Rapat Koordinasi Organisasi Pewayangan yang berlangsung dari pagi sampai sore ini, kemudian ditutup dengan pentas wayang orang berbahasa Indonesia. Teater Wayang Indonesia menampilkan Drayang (Drama Wayang) Swargaloka, dengan cerita “Kidung Anargya, Kunti Talibrata”, di Teater Kautaman, Gedung Pewayangan Kautaman.
No Responses