Uji Pentas Siswa Swargaloka

Dalam rangka Uji Akhir Pentas Siswa, Swargaloka gelar acara bertajuk “Seni untuk Mempersatukan Semangat”, Art for Unite Spirit, Kamis (31/1/2019) malam lalu, di Theater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya Nomor 73, Cikini, Jakarta Pusat.

Tari Bedhaya Dewi Sri. Tari baru garapan Dewi Sulastri dalam format bedhayan yang berpijak pada tari tradisi Jawa Gaya Surakarta. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
Acara ini merupakan bentuk uji pentas akhir siswa Swargaloka pada Semester Ganjil. Sebelumnya telah dilaksanakan Uji Mandiri Materi Olah Tubuh dan Rantaya (gerak tarian dasar) pada pertengahan Januari lalu.

Tari Geprak Rempug. Geprak berarti pukulan dan rempug artinya bersatu. Tari ini pernah menjadi juara satu di FLS2N (Festival Lomba Seni Siswa Nasional) Tingkat Nasional, dan sekarang menjadi materi ajar di Swargaloka. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
“Kalau catatan saya yang paling besar adalah pada penjiwaannya. Jadi menari tidak hanya menghafal, tidak hanya menghafal gerakan, tidak hanya iramanya, tidak hanya temponya, namun jiwa. Ini yang membedakan antara tari dan olah raga. Kalau olah raga hanya fisik, tapi tari itu adalah jiwa yang menari. Artinya ekspresinya harus keluar sehingga bisa mencerminkan apa yang ditarikan,” kata Suryandoro, salah satu anggota Tim Penilai, yang juga Founder Swargaloka.

Tari Kumbang. Tari yang menggambarkan sekelompok kumbang yang sedang menghisap sari bunga di taman. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

Tari Rantaya. Tarian dasar untuk mereka yang baru belajar tari Jawa Gaya Surakarta. Di dalam Tari Rantaya terdapat gerak dasar, misalnya gerak kaki, tangan, jari, leher atau kepala, badan, dan arah pandangan. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

Tari Kijang Buruan. Tari ini mempunya pesan bahwa kita harus selalu menjaga kelestarian alam, baik flora maupun fauna. Supaya alam tetap terjaga keseimbangannya. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

Tari Merak Ngigel. Tari ini menggambarkan sosok burung merak, yang meperlihatkan kelincahannya, keceriaannya dalam hidup bersama teman-temannya. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

Tari Nusanesia. Menceritakan tentang keberagaman kita sebagai bangsa Indonesia dalam bentuk keindahan-keindahan tari etnik. Dalam keberagaman itulah kita merasa menjadi Indonesia, kita menemukan sebuah keindahan. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

Tari Abhirontak. Abhi artinya berani, sedangkan rontak diambil dari berontak. Menggambarkan orang-orang yang menunjukkan jiwa pemberontak dalam suatu situasi. Dikembangkan dari gerak-gerak tradisi Gaya Surakarta yang sedikit dicampur unsur gerak China. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

Tari Nyocang. Dalam dalam bahasa Betawi, nyocang artinya mengepang, merajut. Bagaimana kita sebagai manusia untuk selalu merajut kebersamaan, merajut perbedaan-perbedaan agar menjadi sebuah kekuatan, kebaikan yang luar biasa. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

Tari Satu jiwa. Terilhami oleh kehidupan masyarakat di Lamandau. Menggambarkan masyarakat yang memiliki beragam latar belakang. Tetapi keberagaman itu terpelihara dengan baik dan toleransi masyarakatnya sangat tinggi. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

Tari Tuan Jingga. Karya tari yang berangkat dari kedok jingga pada tari tunggal Betawi. Kedok jingga menggambarkan keperkasaan, yang melambangkan kekuasaan, kekuatan, dan kekerasan. Karya ini mencoba mengembangkan gerak-gerak gagah Betawi. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
No Responses