Membincangkan Wastra, Museum, dan Komunitas

Membincangkan Wastra, Museum, dan Komunitas
Para pembicara dan moderator “Bincang Wastra”, Sabtu (1/12/2018) pagi, salah satu rangkaian acara “Pameran Wastra Koleksi Sumbangan Yayasan Gedung Arsip Nasional RI”, di Museum Tekstil Jakarta, Jalan KS Tubun No 2-4, Jakarta Barat. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

Masyarakat memiliki peran besar dalam mendukung berlangsungnya museum. Karena itu, museum sangat membutuhkan bantuan dari masyarakat. Bantuan itu bisa berupa sumbangan waktu, tenaga, keahlian dan juga benda-benda ke museum.

Hal itu diungkapkan oleh Tamalia Alisjahbana, Mantan Direktur Eksekutif Yayasan Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (RI), di acara “Bincang Wastra”, Sabtu (1/12/2018) pagi, di Museum Tekstil Jakarta, Jalan KS Tubun No 2-4, Jakarta Barat.

“Bincang Wastra” ini merupakan bagian dari serangkaian acara “Pameran Wastra Koleksi Sumbangan Yayasan Gedung Arsip Nasional RI”, yang dibuka pada 24 November 2018 dan berlangsung sampai 31 Januari 2019, di tempat yang sama.

Di Bincang Wastra bertema “Wastra dan Komunitas” ini, Tamalia Alisjahbana menjadi pembicara bersama Urmila Mohan, Doktor Antropologi dari New York University, dan Nurul Akriliyati, dari Perkumpulan Wastra Indonesia.

“Museum ini (Museum Tekstil Jakarta) bisa didirikan sebab Wastraprema bantu. Mendapat banyak sekali sumbangan. Seratus dua puluh (wastra) di situ, seratus lagi di sana,” kata Tamalia tentang pentingnya peran masyarakat atau komunitas terhadap museum.

Kain/Sarung dan Kebaya, salah satu koleksi yang dipamerkan di acara “Pameran Wastra Koleksi Sumbangan Yayasan Gedung Arsip Nasional RI”, yang dibuka pada 24 November 2018 dan berlangsung sampai 31 Januari 2019, di Museum Tekstil Jakarta, Jalan KS Tubun No 2-4, Jakarta Barat. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

Kain/Sarung dan Kebaya, salah satu koleksi yang dipamerkan di acara “Pameran Wastra Koleksi Sumbangan Yayasan Gedung Arsip Nasional RI”, yang dibuka pada 24 November 2018 dan berlangsung sampai 31 Januari 2019, di Museum Tekstil Jakarta, Jalan KS Tubun No 2-4, Jakarta Barat. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

Seperti diketahui, Museum Tekstil Jakarta didirikan pada pertengahan tahun 1976 oleh sekelompok warga Jakarta yang khawatir terhadap situasi memburuknya produksi wastra tradisional.

Saat itu, para pendiri Himpunan Wastraprema berhasil menghimpun sebanyak 500 wastra yang selanjutnya menjadi koleksi awal Museum Tekstil Jakarta. Dan, pada tahun 2002, dalam rangka ulang tahun Himpunan Wastraprema yang ke-25, kembali menyumbangkan 230 wastra ke Museum Tekstil Jakarta.

BACA JUGA  Dialog Kain Tradisional Batik Tuban

“Sumbangan wastra dan alat membuat wastra serta bantuan dari para relawan dan kerjasama dengan berbagai pihak terus berlangsung dan menjadi penting bagi museum untuk menjalankan fungsinya dalam menjaga warisan wastra tradisional Indonesia untuk kepentingan berbagai pihak,” ujar tulisan di pendahuluan katalog pameran.

Diungkapkan pula, ketika koleksi tertentu secara langsung terhubung dengan komunitas setempat, benda-benda tersebut dapat menimbulkan rasa bangga dalam pencapaian yang dilakukan oleh masyarakat dan nenek moyangnya, yang dapat meningkatkan kebanggaan nasional.

Sementara, Tamalia, sebagai pembicara, juga menceritakan riwayat pendirian Yayasan Gedung Arsip Nasional RI. Yayasan yang turut menyumbangkan koleksi wastra ke Museum Tekstil Jakarta. Dan, seluruh koleksi wastra itu tengah dipamerkan untuk yang pertama kalinya.

Kondisi Gedung Arsip Nasional RI saat difoto pada tahun 2007. Gedung yang berada di Jalan Gajah Mada 111, Jakarta Barat, ini didirikan pada tahun 1730 sebagai rumah peristirahatan Gubernur Jenderal Reyner de Klerk. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

Kondisi Gedung Arsip Nasional RI saat difoto pada tahun 2007. Gedung yang berada di Jalan Gajah Mada 111, Jakarta Barat, ini didirikan pada tahun 1730 sebagai rumah peristirahatan Gubernur Jenderal Reyner de Klerk. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

“Gedung Arsip di Jalan Gajah Mada. Itu adalah salah satu gedung cagar budaya yang paling indah di Jakarta. […] Nah, tahun 1995 gedung itu dalam bahaya akan dijual dan dibongkar, dan jadi mall,” kata Tamalia.

Gedung Arsip Nasional RI, seperti yang dikatakan Tamalia, tepatnya beralamat di Jalan Gajah Mada 111, Jakarta Barat. Gedung ini didirikan pada tahun 1730 sebagai rumah peristirahatan Gubernur Jenderal Reyner de Klerk.

Di tahun 1995 itu pula, saat Indonesia merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan yang ke-50, gedung itu lantas dipugar dengan dana sumbangan dari masyarakat pengusaha Belanda di Indonesia.

“Nah, dana itu kemudian secara simbolik diserahkan oleh Ratu Belanda yang datang ke Indonesia waktu itu sebagai hadiah ulang tahun ke-50 dari masyarakat, dari rakyat Belanda kepada rakyat Indonesia,” ujar Tamalia.

BACA JUGA  Mengenal Keragaman Wastra Indonesia

Pemugaran gedung, menurut Tamalia, benar-benar memenuhi standar konservasi internasional. Sehingga pada tahun 2001, berhasil meraih penghargaan UNESCO untuk restorasi bangunan sejarah terbaik di daerah Asia Pasifik.

Dan, pemugaran sendiri selesai pada tahun 1998 ketika Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi dan politik. Saat itu, kata Tamalia, Gedung Arsip bahkan sempat akan dibakar. Untungnya para pekerja yang sedang memugar gedung berhasil mengusir para perusuh.

Para peserta “Bincang Wastra”, Sabtu (1/12/2018) pagi, salah satu rangkaian acara “Pameran Wastra Koleksi Sumbangan Yayasan Gedung Arsip Nasional RI”, di Museum Tekstil Jakarta, Jalan KS Tubun No 2-4, Jakarta Barat. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

Para peserta “Bincang Wastra”, Sabtu (1/12/2018) pagi, salah satu rangkaian acara “Pameran Wastra Koleksi Sumbangan Yayasan Gedung Arsip Nasional RI”, di Museum Tekstil Jakarta, Jalan KS Tubun No 2-4, Jakarta Barat. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

Selanjutnya, Yayasan yang didirikan kemudian mengelola Gedung Arsip Nasional, karena pemerintah pusat saat itu kekurangan anggaran. Selama 13 tahun, Yayasan Gedung Arsip Nasional RI mengelola Gedung Arsip tanpa bantuan finansial dari pemerintah.

Gedung Arsip yang memang sudah lama tidak menyimpan arsip ini lantas dijadikan museum. Yayasan kemudian yang menambahkan koleksi-koleksinya. Museum ini, saat itu, menjadi satu-satunya museum milik pemerintah yang tidak mengenakan biaya masuk. Dan, merupakan satu-satunya bangunan pemerintah yang diasuransikan.

“Jadi pameran ini bukan hanya mengenai tekstil dan kain, tapi juga mengenai peran kita… Untuk mendukung museum-museum,” kata Tamalia tentang acara “Pameran Wastra Koleksi Sumbangan Yayasan Gedung Arsip Nasional RI”.

Ketika pemerintah kemudian mengambil kembali Gedung Arsip, pihak Yayasan harus berjuang agar koleksi wastra yang telah dikumpulkan Yayasan bisa disumbangkan ke Museum Tekstil Jakarta, dan bukan ke Arsip Nasional RI. Menurut Tamalia, Arsip Nasional RI setuju dan mendukung karena memelihara dan menyimpan wastra bukan tugas pokok dan fungsi Arsip Nasional.

Foto bersama seusai “Bincang Wastra”, Sabtu (1/12/2018) pagi, salah satu rangkaian acara “Pameran Wastra Koleksi Sumbangan Yayasan Gedung Arsip Nasional RI”, di Museum Tekstil Jakarta, Jalan KS Tubun No 2-4, Jakarta Barat. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

Foto bersama seusai “Bincang Wastra”, Sabtu (1/12/2018) pagi, salah satu rangkaian acara “Pameran Wastra Koleksi Sumbangan Yayasan Gedung Arsip Nasional RI”, di Museum Tekstil Jakarta, Jalan KS Tubun No 2-4, Jakarta Barat. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

“Keputusan di tangan Kementerian Keuangan. Mereka empat tahun sampai mengambil keputusan, oke, boleh. Dan waktu itu cukup seru,” cerita Tamalia.

Ada lebih dari 97 koleksi wastra yang disumbangkan oleh Yayasan Gedung Arsip Nasional RI ke Museum Tekstil Jakarta. Dan berasal dari berbagai pelosok Indonesia.

Setiap lembar wastra dipilih dengan alasan tertentu. Ada yang karena tua dan langka, ada yang mencatat sejarah sosial, dan ada pula yang merupakan benda seni karena begitu halus pembuatannya, memiliki kombinasi warna serta ragam hias yang dramatis dan indah.

“Dalam tekstil kita bisa melihat refleksi dari apa yang terjadi secara sosial,” kata Tamalia.

banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.