Tasyakuran Penetapan Hari Wayang Nasional

Sebagai ungkapan kegembiraan atas penetapan tanggal 7 November sebagai Hari Wayang Nasional oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi, komunitas wayang selenggarakan Tasyukuran atau Tumpengan, Kamis (20/12/2018) pagi lalu, di Kantor SENA WANGI, Gedung Pewayangan Kautaman, Jalan Raya Pintu I Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.
“Dan ini terus terang merupakan hasil dari kerjasama kita semua. Jadi semuanya berjasa besar. Kita urus bersama-sama dari awal hingga sampai saat sekarang,” kata Suparmin Sunjoyo, Ketua Umum SENA WANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia), saat memberi sambutan.
Suparmin bercerita bahwa bersama kurang lebih 40 budayawan dan seniman dari seluruh Indonesia, menjadi saksi saat Jokowi pada 11 Desember 2018, di Istana Merdeka, Jakarta, menandatangani keputusan presiden tentang penetapan Hari Wayang Nasional.
Sebelum penandatanganan, Suparmin bahkan yang langsung menanyakan ke Jokowi tentang penetapan hari wayang yang telah ditunggu oleh masyarakat penggemar wayang. Ia juga menjelaskan dasar, maksud dan tujuan penetapan hari wayang yang terdiri dari tujuh poin.

Samodra Sriwidjaja saat memberi sambutan di acara Tasyukuran atau Tumpengan, Kamis (20/12/2018) pagi lalu, di Kantor SENA WANGI, Gedung Pewayangan Kautaman, Jalan Raya Pintu I Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
“Jadi intinya, poinnya satu, wayang itu sebagai salah satu pilar kebudayaan Nasional. Yang pertama, betul kan. Itu saya ambil dari berbagai sumber,” kata Suparmin di acara Tasyakuran yang dihadiri masyarakat dan organisasi pewayangan ini.
Kedua, lanjutnya, wayang merupakan salah satu alat untuk komunikasi massa dan penyebarluasan hasil-hasil pembangunan kemajuan pemerintah, masyarakat dan bangsa Indonesia.
Ketiga, wayang mempunyai standing yang sangat bagus di dunia Internasional. Buktinya sudah mendapat penghargaaan UNESCO. Keempat, meskipun wayang sudah lebih dari seribu tahun eksis di dunia tapi untuk menentukan tanggal yang pasti itu susah.
“Makanya komunitas wayang mengusulkan tanggal 7 November. Diambil dari 7 November 2003 waktu diberi penghargaan UNESCO,” ujar Suparmin yang pernah menjadi dubes ini.
Kelima, kalau ditetapkan hari wayang nasional maka akan menjadi momen bersama seluruh komunitas pewayangan seluruh Indonesia untuk bersama-sama melakukan kegiatan-kegiatan terkait pewayangan serentak secara nasional di seluruh Indonesia.
“Nomor enam, untuk sekali lagi menjelaskan kepada publik dengan kegiatan Hari Wayang Nasional itu bahwa wayang itu tidak hanya Jawa sentris,” ujar Suparmin Sunjoyo.
Ia menekankan bahwa wayang bukan hanya untuk Jawa tapi mewakili seluruh daerah Indonesia. Ada wayang Bali, wayang Sasak, wayang Sigale-Gale, wayang Potehi dan lainnya lagi.
“Kebetulan nanti tahun 2020 ada Kongres UNIMA (Union Internationale de la Marionnette) Internasional dan Festival Wayang Dunia. Jadi penetapan hari wayang nasional ini sekaligus untuk mempersiapkan event global, event dunia ini. Agar semua masyarakat, komunitas, organisasi wayang mempersiapkan diri,” kata Suparmin tentang poin ketujuh.

Suparmin Sunjoyo memotong tumpeng di acara Tasyukuran atau Tumpengan, Kamis (20/12/2018) pagi lalu, di Kantor SENA WANGI, Gedung Pewayangan Kautaman, Jalan Raya Pintu I Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
Suparmin juga mengungkapkan bahwa usulan hari wayang sebenarnya telah dimulai sejak tahun 2008. Usulan baik secara lisan maupun tertulis, dengan pejabat maupun nama kementrian yang berganti-ganti. Sehingga file usulan lantas berpindah-pindah.
Sedangkan, Kondang Sutrisno, Ketua Umum PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia), di acara yang sama, mengatakan perlunya menggemakan hari wayang setelah ditetapkan. Dan, kemungkinan akan diadakan deklarasi, yang intinya para seniman dalang mengucapkan terimakasih kepada Presiden karena telah menetapkan Hari Wayang Nasional.
“Sekarang kita gembira karena Hari Wayang Nasional pada tanggal 7 november, Hari wayang Internasional, World Puppetry Day, dirayakan pada tanggal 21 Maret. Jadi lengkaplah sudah,” kata Samodra Sriwidjaja, Presiden UNIMA Indonesia.
Samodra mengambil kesimpulan bahwa Presiden sepertinya tidak menginginkan ada kesan bahwa Hari Wayang Nasional adalah inisiatif pemerintah. Karena itu ditungu sampai ada komunitas wayang, diwakili oleh Suparmin Sunjoyo, yang betul-betul menginginkan Hari Wayang Nasional.

Suparmin Sunjoyo menyerahkan potongan tumpeng ke Solichin, Ketua Dewan Penasehat SENA WANGI, di acara Tasyukuran atau Tumpengan, Kamis (20/12/2018) pagi lalu, di Kantor SENA WANGI, Gedung Pewayangan Kautaman, Jalan Raya Pintu I Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
Sementara, Sumari, Staf Setditjenbud, Kemendikbud, yang banyak terlibat dan membantu proses pengajuan hari wayang nasional, menjelaskan bahwa semua pengajuan hari apa pun, termasuk hari wayang, harus melalui izin prakarsa. Untuk izin prakarsa ini harus mengajukan naskah akademik.
“Kalau izin prakarsa tidak turun-turun, kita langsung potong kompas saja namanya izin penetapan. Tidak lagi izin prakarsa namun izin penetapan. Jadi kita mengajukan izin penetapan sekaligus dilampiri draf Keppres,” kata Sumari yang juga mengatakan bahwa untuk maju ke Presiden harus ada paraf mentri.
Dan, tahun depan, kata Suparmin, berbagai kegiatan akan dilaksanakan sesuai dengan dasar, maksud dan tujuan penetapan Hari Wayang Nasional. Antara lain menggerakkan secara nasional, serentak secara bersama-sama.

Foto bersama di acara Tasyukuran atau Tumpengan, Kamis (20/12/2018) pagi lalu, di Kantor SENA WANGI, Gedung Pewayangan Kautaman, Jalan Raya Pintu I Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
“Tentunya generasi muda kita ajak. Dan juga rutin PEPADI kan mengadakan itu, festival dalang bocah, festival dalang muda, itu sudah rutin juga. Itu tentunya diberi muatan-muatan mengenai Hari Wayang Nasional juga di momen untuk generasi muda,” kata Suparmin kepada KerisNews.com tentang rencana ke depannya.
Nah, ketika wayang dan batik yang mendapat pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya tak-benda telah memiliki hari nasional. Akankah keris yang juga merupakan warisan budaya tak-benda segera memiliki hari nasional? Kita lihat saja.
No Responses