Drama Tari Sumpah Putra Nusantara

“Hamba mempunya cita-cita yang tinggi… Mempersatukan Nusantara dalam keberagaman. Karena bagi hamba, keberagaman adalah anugerah yang tidak selayaknya diseragamkan,” ujar tokoh Gajah Mada dalam Drama Tari bertajuk “Sumpah Putra Nusantara”.
Drama tari untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2018 dan Hari Museum Indonesia, 12 Oktober 2018 itu, merupakan persembahan Swargaloka bersama Taman Mini Indonesia Indah (TMII), didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, yang digelar pada Sabtu (27/10/2018) sore lalu, di Museum Pusaka, TMII, Jakarta Timur.
Didukung sekitar 30 penari, yang sebagian besar anak muda, drama tari “Sumpah Putra Nusantara” mengingatkan kenusantaraan sejak dicanangkan Sumpah Palapa oleh Maha Patih Gajah Mada, dan kemudian diperkuat oleh Boedi Oetomo dalam Sumpah Pemuda.

Drama Tari “Sumpah Putra Nusantara” sebagai pengingat akan persatuan dalam keragaman, persembahan Swargaloka bersama Taman Mini Indonesia Indah (TMII), didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, yang digelar pada Sabtu (27/10/2018) sore lalu, di Museum Pusaka, TMII, Jakarta Timur. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
Hal itu mengindikasikan tekad menyatukan Bumi Nusantara dari Sabang sampai Merauke dalam perbedaan dan keragaman dengan ketunggalan ideologi Pancasila.
“Itu kalau kita tidak ingat dan kita tidak selalu gaungkan untuk generasi muda maka sumpah itu akan luntur lama-lama, sehingga kita di momen menyongsong Sumpah Pemuda ini kita ingatkan kembali,” kata Suryandoro, Producer drama tari “Sumpah Putra Nusantara”, yang juga President Direktor Swargaloka.
Bukan itu saja, selesai pentas di dalam museum, seluruh pendukung drama tari, diikuti para penonton, lantas berjalan keluar untuk mengumandangkan Sumpah Pemuda di halaman Museum Pusaka. Isi Sumpah Pemuda diucapkan oleh tokoh Gajah Mada, diikuti oleh seluruh pendukung drama tari dan para penonton.

Tokoh Gajah Mada mengumandangkan Sumpah Pemuda diikuti seluruh pendukung drama tari dan para penonton di halaman Museum Pusaka TMII, Sabtu (27/10/2018) sore, seusai pentas drama tari “Sumpah Putra Nusantara”. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
Drama tari yang berdurasi sekitar 30 menit ini, menurut Suryandoro, tidak bercerita tentang sejarah tapi hanya mengambil spirit. Bahwa kita berbhinneka, punya beragam etnik, bahasa, dan kepercayaan. Dan itu semua dikemas untuk dipertunjukkan dalam sebuah drama tari.
“Delapan puluh persen anak muda. Jadi kita kepingin bahwa tumbuh generasi-generasi berikut yang akan menjadi penerus perjuangan kami di dalam seni tradisi. Seni tradisi yang kita kemas menjadi pertunjukan kekinian,” ujar Suryandoro kepada KerisNews.com, tentang para pemain pendukung drama tari.
Pergelaran drama tari bertajuk “Sumpah Putra Nusantara” di Museum Pusaka, TMII, ini merupakan salah satu rangkaian acara Gebyar Pesona Museum Nusantara Ke-4, bertema “Museum Dalam Generasi Milenial”, yang berlangsung dari 27-28 Oktober 2018 di TMII. Di hari yang sama, sebelum drama tari “Sumpah Putra Nusantara”, digelar Lomba Fotografi bertema “Bingkai Museum Sebagai Perekat Persatuan Bangsa”, dan Workshop Fotografi.

Foto bersama di halaman museum seusai pentas drama tari “Sumpah Putra Nusantara” persembahan Swargaloka bersama Taman Mini Indonesia Indah (TMII), didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, yang digelar pada Sabtu (27/10/2018) sore lalu, di Museum Pusaka, TMII, Jakarta Timur. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
“Tanggal 12 Oktober kita peringati sebagai hari Museum Indonesia. Keputusan yang telah disampaikan oleh Pemerintah melalui Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ini disaksikan oleh lebih dari 350 Kepala Museum di seluruh Indonesia pada Pertemuan Nasional Museum, 2015,” kata Sigit Gunardjo, Sekjen Asosiasi Museum Indonesia (AMI), yang juga Ketua Asosiasi Museum Indonesia Kawasan TMII (AMIKA TMII), saat memberi sambutan.
Menurut Sigit Gunardjo, generasi milenial lahir di masa teknologi informasi berkembang cepat. Sehingga teknologi mengikuti gaya hidup mereka. Perilaku generasi milenial ini menjadi tantangan bagi para pengelola museum di Indonesia.
No Responses