Tombak yang Bikin Muntab Meluap

Tombak yang Bikin Muntab Meluap
Tiga kali menempa saton untuk membuat bakalan keris, sudah jadi kodokan tinggal diodot (dilajur), bakalan retak merata. Akhirnya bakalan keris pun dirempos lagi, jadi sebilah tombak. Meski melalui keputus-asaan lantaran kegagalan rencana, namun tanpa diduga jadilah sebilan tombak yang indah, dinamai Kiai Muntab lantaran "bikin amarah" dan muntab dalam proses pembuatannya. (Kontributor/Abdul Fatah)

Lepas dari keindahan tempa pamornya, tombak ini sempat bikin muntab meluap penempanya. Sangking panjangnya kisah amarah dalam proses pembuatannya, tak urung si tombak pun dijuluki Kiai Muntab. Bikin marrrraaaah sekali. Marah semarah Ken Arok pada Empu Gandring yang tak jadi-jadi pesanan kerisnya…

“Tadinya sudah putus asa, lantaran sudah jadi kodokan, tinggal ‘ngodot’ (istilah teknisnya, menurut Pandameling Duwung adalah “dilajur”), bilahnya retak semua…,” tutur Mastok Andrianto, salah satu penempa besalen GuloKlopo, menuturkan kisahnya. GuloKlopo merupakan besalen yang dibangun atas dana swadaya yang dikumpulkan internal anggota Paguyuban di Jakarta, Astajaya. Setelah berdiri, besalen — yang didirikan di samping halaman museum — kemudian dihibahkan ke Museum Keris TMII di Jakarta Timur.

Bayangkan, tiga kali dibikin keris Brajaguna berpamor Wengkon, gagal melulu. Dirempos lagi jadi bahan keris Brajaguna, gagal lagi, dan gagal lagi. Sangking seringnya gagal dirempos, dan dirempos lagi, sampai-sampai jumlah lapisan logam (bukan lipatan) mencapai 20.516 lapis!

Di luar dugaan semula, ternyata ketika dibikin tombak, maka bakalan keris Brajaguna ini menjadi sebuah tombak yang indah, dengan pamor lembut dengan motif “Wahyu Tumurun Winengku”.  Meski demikian, tetap saja dilekatkan namanya – Kiai Muntab (Amarah) buat si tombak.

Mas Tok Andrianto (kanan) lurah besalen GuloKlopo dan tombak bikinan dia dan teman-teman, Arifin, Adie Wanto, Purbo Kuncoro dan Ferry Yuniwanto serta tombak bikinan mereka. Dinamai tombak Kiai Muntab, lantaran dalam proses pembuatannya bikin putus asa, amarah.

Mas Tok Andrianto (kanan) lurah besalen GuloKlopo dan tombak bikinan dia dan teman-teman, Arifin, Adie Wanto, Purbo Kuncoro dan Ferry Yuniwanto serta tombak bikinan mereka. Dinamai tombak Kiai Muntab, lantaran dalam proses pembuatannya bikin putus asa, amarah.
(Kontributor/Purbo Kuncoro/Abdul Fatah)

Proses awal yang pertama, Mastok bersama Arifin, Wanto, Purbo Kuncoro dan Ferry Yuniwanto ingin membuat keris Paku Buwanan (PB) dengan blak Brajaguna (Solo) dengan pamor Wengkon. Bahan pamor yang dipakai mula-mula adalah nikel murni – sebanyak 9 kotak (per kotak seberat 80 gram), dibuat berlapis sebanyak 19 lapis.

Sembilan lapis pamor itu dipotong tiga, ditempa, kemudian dipotong dua, ditempa, dilajur (dipanjangkan) dan dipotong dua lagi sehingga menjadi kodokan keris 342 lapis. “Sudah jadi kodokan, tinggal ngodot, eh, retak merata semuanya. Terpaksa dirempos lagi, dipotong jadi tiga – sehingga hitungan lapisan menjadi 3X342=1.026 lapis….

BACA JUGA  Kristanto Susilo Masuk Dunia Keris Lewat Buku

Proses yang kedua dimulai dengan remposan keris gagal 1.026 lapis untuk dibuat kembali keris Brajaguna. Pamor pun Wengkon. Setelah dipijar dan diolor, gebingan yang lebih dari seribu lapis itu dipotong menjadi dua kemudian diselipi tapih serta slorok lagi.

Jadilah kodokan keris calon Brajaguna dengan 2.052 lapis. Hitungannya adalah 3X342 lapis, dipotong dua dan dikasih tapih serta slorok, eh, gagal juga kodokan bakalan 2.052 lapis ini. Retak merata lagi kodokannya….

“Kami semua muntab, marah, tidak tergambarkan frustrasinya. Kali ketiga, kodokan calon keris 2.052 lapis gagal itu pun kami rempos lagi. Kembali dipotong tiga…,” tutur Purbo Kuncoro, salah satu dari lima penempa besalen GuloKlopo di samping Museum Pusaka Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur ini, kepada KerisNews.com.

Mulai dari awal lagi. Bakalan keris 2.052 lapis itupun dipotong tiga, untuk kembali dirempos. Kali ini dengan tambahan bahan pamor knalpot motor Honda Grand 1994.

“Kenapa knalpot? Bahan bekas, bukan hal yang tabu. Dalam catatan Groneman pun, zaman Empu Karyodikromo menempa keris untuk dia, bahan-bahan bekas stang, peleg dan bahan lain pun dirempos menjadi bahan pamor,” ungkap Purbo Kuncoro.

Isaac Groneman yang disebut Purbo Kuncoro, adalah orang Belanda dokter pribadi semasa raja Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwana VII (menjadi raja 1877-1921) berkuasa di Yogyakarta. Groneman melakukan eksperimen yang dicatat secara detil di Pura Pakualaman semasa Sri Pakualam VI. Catatan yang dibuat Groneman antara 1902-1905 itu tidak hanya menyangkut rincian jenis bahan, akan tetapi juga proses tempanya secara rinci, dari hari dan tanggalnya, selamatannya, sampai proses akhirnya. Merupakan catatan terlengkap tertulis tentang proses pembuatan keris Jawa yang pernah ada.

Groneman juga menyebut, selain bahan pamor dari Luwu (yang semakin sulit didapat pada masa itu), empu masa itu juga memakai logam putih bekas-bekas bagian sepeda yang terbuat dari nikel dengan kandungan sekitar 5 persen. Dan yang terbanyak dipakai, adalah bekas baling-baling bangkai kapal. Atau barang bekas pegas (per) arloji maupun alat pengukur yang terbuat dari baja-nikel…

Ferry Yuniwanto (kanan) salah satu disainer yang merancang sosok tombak Kiai Muntab berdapur sigar jantung.

Ferry Yuniwanto (kanan) salah satu disainer yang merancang sosok tombak Kiai Muntab berdapur sigar jantung.
(Kontributor/Purbo Kuncoro/Abdul Fatah)

Untuk ketiga kalinya bahan yang sama dibuat lagi keris Brajaguna, dengan pamor “Wengkon Isen” (pamor wengkon dengan isian pamor beras wutah di tengahnya). Lantaran bakalan keris gagal itu dipotong tiga, maka jadilah 2.052 lapis X 3 = 6.156 lapis gebingan bakalan keris!

BACA JUGA  Keris Ki Kulbuntet di Karangasem Bali

Kali ini ditambahi dengan bahan saton uletan pamor knalpot Honda Grand 1994, sebanyak 512 lapis (sudah dilipat duluan tersendiri), selang-seling gebingan 6.156 lapis , tapih dan slorok. (lihat gambar).

“Gagal lagi, gagal lagi…… Bener-bener kami semua galau tak terlukiskan. Retak merata seperti percobaan pertama dan kedua…,” kata Purbo Kuncoro pula. Karena kesalnya, maka mereka sudah putus asa membuat keris lagi. Maka, bakalan Brajaguna itu dipotong lagi menjadi tiga. Kali ini bukan untuk bikin Brajaguna lagi, akan tetapi bikin saja tombak…

 

Ilustrasi susunan bahan pamor, serta saton keris yang dijadikan tombak Kiai Muntab.

Ilustrasi susunan bahan pamor, serta saton keris yang dijadikan tombak Kiai Muntab.
(KerisNews.com/Jimmy S Harianto)

 

Apa boleh buat, alam kebetulan membawa kegagalan membuat keris Brajaguna. Maka, Mastok dkk kini mulai membuat bakalan tombak, dengan motif pamor yang sama – pamor Wengkon Isen.

Bahan Brajaguna yang gagal pun, dipotong-potong jadi tiga lagi. Seperti juga persis proses sebelum ini, ditambah lagi pamor knalpot Honda Grand 1994 yang lebih dulu ditempa tipis menjadi 512 lapis. Sehingga hitungan lapisannya pun menjadi (6.156 + 512) X 3. Jadilah tombak yang luar biasa banyak jumlah lapisannya. Menjadi 20.516 lapis, duapuluh ribu lapisan (layers) lebih! Luar biasa….

Alhasil, jadilah sebilah tombak indah berdapur Sigar Jantung, dengan pamor Wengkon Isen yang puluhan bahkan ratusan lipatan, dengan jumlah lapisan mencapai setidaknya 20.516 layers atau lapis…

Perjalanan sebuah ciptaan memang misterius. Dari sebuah proses frustrasi, kelelahan, kekesalan, kemuntaban, kemarahan, menjadi sebuah karya indah yang seakan membuat “ogah” bagi para penempa untuk mengulang proses awal sampai akhirnya.

Nah, karya tombak indah ini, nantinya akan menghias koleksi sebuah museum. Kiai Muntab — yang diselesaikan persis setahun setelah besalen GuloKlopo didirikan 17 Agustus 2017 lalu — suatu ketika akan dihibahkan menjadi tombak koleksi publik, yang orang  tidak akan mengerti proses awalnya. Bahwa tombak yang indah ini, bermula dari kekesalan, kegalauan, kemarahan, dan akhirnya kelegaan yang indah… *

banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.