Wayang Golek Sunda di GOR Bulungan

Unit Pengelola (UP) Museum Seni gelar Wayang Golek Sunda dengan lakon “Sukma Kala Trijati”. Pentas wayang golek semalam suntuk (dari pukul 20.00-04.00 WIB) dengan dalang Eka Mukhlis Cecep Supriadi dari Banten ini, berlangsung di pelataran Gedung Olah Raga (GOR) Bulungan, Jl Bulungan No 78, Jakarta Selatan, Sabtu (28/7/2018) malam lalu.
“Ujub kami adalah, dari Museum Seni, itu untuk lebih mendekatkan diri museum kepada masyarakat supaya masyarakat lebih mengenal tentang museumnya. Supaya lebih akrab, lebih dekat. Kemudian, selain itu, memberikan hiburan kepada masyarakat, supaya masyarakat juga lebih mengenal tentang budayanya sendiri. Artinya, ini budaya wayang yang sudah diakui oleh UNESCO, jangan sampai masyarakat itu asing atau awam, tidak mengerti tentang budaya kita,” ujar Sumardi, Ka Satpel Museum Wayang, tentang digelarnya Wayang Golek Sunda di GOR Bulungan.

Sumardi (Ka Satpel Museum Wayang) menyerahkan tokoh wayang golek kepada Lilik Suhaedi (Ka Subbag Tata Usaha UP Museum Seni), selanjutnya diserahkan kepada dalang Ki Eka Mukhlis, sebagai tanda dimulainya acara Wayang Golek Sunda dengan lakon “Sukma Kala Trijati”, yang digelar oleh UP Museum Seni, di pelataran GOR Bulungan, Jl Bulungan No 78, Jakarta Selatan, Sabtu (28/7/2018) malam lalu. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
Sumardi mengatakan pergelaran Wayang Golek Sunda di GOR Bulungan ini merupakan kegiatan rutin tahunan Museum Wayang. Dan, merupakan hajat museum seni dalam rangka pergelaran wayang di ruang publik. Di tahun 2018 ada sepuluh pergelaran, baik wayang golek, wayang kulit yang berasal dari berbagai macam daerah.
“Selain rutin di Museum Wayang sendiri, ini yang sengaja kami gelar di tengah-tengah masyarakat di lima kota administrasi,” terang Sumardi kepada KerisNews.com di lokasi, sesaat sebelum pergelaran Wayang Golek Sunda dimulai.
Lakon “Sukma Kala Trijati” yang dibawakan oleh dalang Ki Eka Mukhlis, yang juga seorang dokter, malam itu berkisah tentang situasi di Swarga Manik Loka, tempat para dewa, sedang terjadi bencana. Disebabkan Bathara Kala kambuh keinginannya untuk memakan makhluk, yang namanya manusia, yang tidak eling dan waspada.

Dalang Ki Eka Mukhlis tengah beraksi di acara Wayang Golek Sunda dengan lakon “Sukma Kala Trijati”, yang digelar oleh UP Museum Seni, di pelataran GOR Bulungan, Jl Bulungan No 78, Jakarta Selatan, Sabtu (28/7/2018) malam lalu. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
Keadaan Swarga Loka kacau balau diakibatkan rusaknya moral dan akhlak manusia. Hal itu mengakibatkan turunnya rasa silih asah, silih asuh, dan silih asih antar manusia.
Bathara Kala yang turun ke alam dunia untuk memakan manusia yang menyebabkan kacau dunia akhirnya dapat dikalahkan oleh satria Sukma Kala Trijati. Dan, Sukma Kala Trijatilah yang mengembalikan fitrahnya manusia untuk saling asah, silih asih, dan silih asuh.
“Pergelaran wayang ini adalah pergelaran yang keempat. Tujuannya kami dari UP Museum Seni, menyelenggarakan pagelaran wayang di lima wilayah kota untuk menghibur masyarakat, yang tidak dipungut biaya sekalipun,” ujar Lilik Suhaedi, Ka Subbag Tata Usaha UP Museum Seni Jakarta, saat memberi sambutan.

Para niaga atau penabuh gamelan di acara Wayang Golek Sunda dengan lakon “Sukma Kala Trijati”, dan dalang Eka Mukhlis Cecep Supriadi, yang digelar oleh UP Museum Seni, di pelataran GOR Bulungan, Jl Bulungan No 78, Jakarta Selatan, Sabtu (28/7/2018) malam lalu. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
Tapi, meskipun tidak dipungut biaya, alias gratis, rupanya tidak mudah membuat masyarakat, terutama anak muda, tertarik menonton wayang. Terlihat malam itu deretan kursi yang disediakan untuk penonton wayang banyak yang kosong. Sementara, tidak jauh dari lokasi pergelaran wayang—masih di lingkungan GOR Bulungan, bangku-bangku sebuah kafe penuh dengan anak-anak muda yang tengah bermalam minggu.
“Selain mendekatkan kepada masyarakat secara umum, artinya generasi muda ini yang akan perlu kita support. Kita berikan informasi kepada generasi muda tentang budaya kita,” ujar Sumardi.

Suasana acara Wayang Golek Sunda dengan lakon “Sukma Kala Trijati”, dan dalang Eka Mukhlis Cecep Supriadi, yang digelar oleh UP Museum Seni, di pelataran GOR Bulungan, Jl Bulungan No 78, Jakarta Selatan, Sabtu (28/7/2018) malam lalu. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
Dan, untuk pergelaran di ruang publik ini, menurut Sumardi, sengaja dipilih dalang-dalang yang potensial, yaitu dalang-dalang yang sudah dikenal dan kemampuannya diakui oleh masyarakat. Dan, juga sebagai sarana apresiasi terhadap para dalang untuk lebih meningkatkan kreativitasnya.
“Saya berharap juga Bulungan tidak hanya menjadi tempat transit sebuah peradaban tapi juga bisa membangun peradaban itu. Jadi bagian dari pusat peradaban Nusantara, terutama wayang. Karena ini adalah hal yang luar biasa. Ini adalah bagian dari peradaban yang sangat luar biasa. Dan, semoga bisa kita maknai dan kita cermati. Dan bisa menjadi bagian dari falsafah kita sebagai manusia seutuhnya,” kata Ketua Komunitas Bulungan ketika memberi sambutan.
No Responses