Kembalikan Ribuan Keris Indonesia dari Belanda

Adakah keinginan dan keseriusan pemerintah di bawah kepemimpinan Joko Widodo melakukan diplomasi budaya untuk menarik kembali ribuan keris-keris bersejarah dari Indonesia di luar negeri? Kata Fadli Zon, di antara ribuan keris itu dulu digunakan para tokoh dan pahlawan Indonesia seperti Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Teuku Umar, Pattimura dan bahkan beberapa pusaka simbol kebesaran kerajaan-kerajaan Nusantara.
Laporan Ilham Panji Belambangan dari Lombok
Pameran serta sarasehan keris, bursa keris dalam rangka Peringatan Hari Keris Dunia di Taman Mayura Lombok memang sudah berakhir pada Minggu (6/Mei/2018) lalu. Tetapi gaung seruan Fadli Zon soal keinginan pengembalian pusaka-pusaka bersejarah dari Indonesia di luar negeri, masih terus bergema.
Ribuan keris bersejarah yang banyak tersimpan di museum-museum Eropa, terutama Belanda itu memang dibawa pada masa kolonial. Tetapi karena nilainya tinggi, ada baiknya diupayakan kembali ke Indonesia.
“Banyak keris kita di sana. Mestinya bisa dipulangkan, kalau pemerintah mau meminta. Tetapi bagaimana mau pulang? Diminta saja tidak…,” kata Fadli Zon pula, Rabu (2/Mei/2018) lalu. Fadli Zon memperkirakan, ada lima ribu keris hasil karya nenek moyang bangsa Indonesia yang tersimpan di Volkenkunde Museum di Leiden, dan Tropen Museum di Amsterdam.

Fadli Zon berpakaian adat Sasak bersama Sekretaris SNKI Basuki Teguh Yuwono (berbaju batik) saat pameran Keris di Taman Mayura Lombok, Nusa Tenggara Barat 2 Mei 2018 lalu. (Kontributor/Ilham Panji Belambangan)
“Semua benda bersejarah tersebut dibawa dari berbagai peristiwa di masa Hindia Belanda,” kata Wakil Ketua DPR-RI ini pula. Dari ribuan keris yang berada di tangan pemerintah Belanda itu, ada di antaranya pusaka-pusaka milik tokoh-tokoh pahlawan nasional seperti Pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Imam Bonjol serta pusaka-pusaka berharga dulu milik kerajaan-kerajaan Nusantaran.
“Ada juga keris Singo Barong yang diduga adalah milik pembesar Kerajaan Mataram. Ada pula keris-keris dari masa Puputan Badung, dan beberapa puputan di Bali,” katanya, “Jadi, sebenarnya pemerintah bisa secara resmi meminta agar Belanda memulangkan keris bersejarah, apalagi milik tokoh-tokoh yang memiliki nilai sejarah tinggi,” kata Fadli Zon.
Menurut Ketua SNKI ini, keris sudah menjadi warisan agung budaya dunia, dan menjadi bagian dari tradisi budaya Nusantara. “Hampir seluruh wilayah Indonesia, khususnya Pulau Lombok, dijumpai artefak keris yang luar biasa dari sisi sejarah dan pusaka. Bahkan estetika yang tinggi dan merupakan kekayaan nasional…,”
Oleh sebab itu, kata politisi Gerindra ini, keris harus terus dilestarikan dan disosialisasikan agar semakin banyak pengoleksi, terutama dari kalangan generasi muda. “Perlu dilakukan semacam kampanye dan edukasi supaya keris tidak dilihat sebagai sesuatu yang mistik saja, walaupun kita akui hampir semua agama (di Nusantara) meyakini kegaiban, tetapi bukan berarti keris itu selalu identik dengan mistik atau klenik,” kata Fadli Zon, yang dirinya sendiri memiliki koleksi ribuan keris dari berbagai daerah Nusantara ini.

Pameran dan Bursa Keris Nusantara dalam rangka Peringatan Hari Keris Dunia di Taman Mayura Lombok 2-5 Mei 2018. (Kontributor/Ilham Panji Belambangan)
Pameran di Taman Mayura sendiri menampilkan sebanyak 84 keris milik beberapa komunitas pencinta keris dari etnis Sasak (suku asli Lombok), Sumbawa, Bali, Pulau Jawa dan Sulawesi. Turut pula memeriahkan Hari Keris Dunia 2018, sekitar seratus pebursa keris dari berbagai daerah Indonesia seperti Lombok, Bali, Makassar, Madura, Banyuwangi, Malang, Yogya, Solo, Pekalongan, Semarang dan Jakarta.
Selain pameran dan bursa, digelar juga sarasehan serta peluncuran buku tentang Keris Lombok, serta penanda-tanganan sampul pertama buku tersebut di Taman Mayura, Lombok. Ketika pembukaan, dimeriahkan dengan prosesi meritual keris sebagai pusaka oleh Jro Games. Kemudian, keris tersebut digunakan perang oleh para ksatria suku Sasak.
Hadir dalam acara di Lombok, anggota DPR-RI Bambang Haryo Sukartono dari Komisi V, Wilku Jaenal dari Komisi 11, Walikota Mataram dan jajarannya, Majelis adat Sasak Lombok, para Pelingsir, sejumlah Ketua Paguyuban Keris dan para pebursa. *
Ilham Panji Belambangan, Kontributor Kerisnews.com
No Responses