Pesona Kujang di Botani Square Bogor

Filosofi Kujang dalam posisi horisontal yang melambangkan rajawali terbang juga dimaksudkan untuk menggambarkan ekspresi kebebasan. Bahwa manusia juga harus terlepas dari segala belenggu dunia. Makna mendalam senjata tradisional Kujang ini sudah lama dihayati masyarakat lama Pasundan di seantero Jawa Barat di masa lalu.
Selama dua hari di akhir tahun 2017 perhatian pengunjung sebuah perbelanjaan terbesar di kota Bogor, Botani Square disita dengan pesona senjata tradisional Kujang pada Jumat dan Sabtu (29-30 Desember 2017) lalu. Tidak hanya digelar ratusan senjata tradisional masyarakat Pasundan ini, akan tetapi juga serangkaian diskusi dan perbincangan seputar Kujang (dan keris Pasundan) di Lantai 2 tempat perbelanjaan di Jalan Pajajaran, tak jauh dari Kebon Raya Bogor.
Baraya Kujang Pajajaran (BKP) bekerjasama dengan beberapa pihak menggelar pameran menarik bertajuk “Ragam Pesona Kujang”, di mal tersebut. BKP merupakan paguyuban Kasundan yang terdiri dari para pemilik kujang.
“Kita fokus, memang, di kujang. Agar pemilik-pemilik kujang ini keluar. Karena kan banyak pemilik keris itu terbuka, tapi kalau pemilik kujang rata-rata masih, orangnya, agak sulit dideteksi. Makanya kami punya niat menyatukan ini, karena kujang itu salah satu pusaka yang sangat indah dan unik bagi kami,” ujar Gatut, Ketua Panitia Pameran, saat ditemui KerisNews.com di hari kedua pameran, Sabtu (30/12/2017).

Kujang dalam posisi horizontal melambangkan rajawali yang terbang. Menggambarkan kebebasan dan memiliki makna bahwa orang harus terlepas dari segala belenggu dunia. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
Menurut Gatut terkumpul hampir 600-an kujang, dari berbagai era. Termasuk kujang baru. Tapi, karena faktor tempat dan keamanan maka hanya sekitar 300-an kujang yang dipajang. Lokasi pameran memang berada di lantai 2 sebuah pusat perbelanjaan, yang menjadi tempat makan dan hiburan.
“Selama ini pameran itu adanya di museum, padepokan, rumah pribadi. Bagi saya itu ibarat orang memberi kuliah subuh di masjid, mushola. Itu dakwah. Hanya untuk meningkatkan ukhuwah. Tetapi kalau di tempat mall seperti ini, bagi kami itu namanya siar, terang Gatut.
Siar, bagi Gatut, merupakan dakwah kepada semua orang. Dan, mereka yang datang ke mall ini ada yang memang sengaja menonton pameran. Bagi mereka yang tidak sengaja melihat pameran, juga tetap bisa menonton dan menikmati.
Selain pameran, juga diadakan Sarasehan dan Bazar. Di hari kedua pameran, sarasehan berlangsung dalam dua sesi, dengan pembicara Angga Sulistiono dan Muhammad Said Kusuma. Tidak ketinggalan, peragaan silat dari Perguruan Padjajaran Cimande cabang Bogor, dan Depok, serta presentasi pembuatan warangka dari Subang dan Ciwidey ikut meramaikan acara.

Angga Sulistiono (baju batik warna merah) tengah mengisi Sarasehan sesi I dengan tema “Ngamumule Budaya Sunda”, di hari kedua Pameran “Ragam Pesona Kujang”, Sabtu (30/12/2017) di Botani Square, lt 2, Jl Pajajaran, Bogor. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
Di sesi pertama sarasehan, Angga Sulistiono berbicara dengan tema “Ngamumule Budaya Sunda”. Angga, yang merupakan seorang dosen dan juga pernah bekerja di berbagai perusahaan swasta ini, lebih banyak berbicara tentang pengalaman pribadinya.
Angga lebih dahulu mengenal dan mengoleksi keris, baru kemudian mengoleksi kujang. Ia juga berangkat dari rasa keprihatinan melihat begitu banyak pusaka Nusantara, terutama kujang, yang eksodus ke luar negeri. Karena itu ia berusaha menyelamatkan dan melestarikan.
“Kalau dari segi estetika, dan keindahan adalah bentuk yang menurut saya, ini adalah ibarat wanita yang sedang menari. Dengan liuk tubuhnya yang aduhai itu, menurut saya. Itu yang membuat saya tertarik dan mau mengoleksi kujang-kujang itu,” cerita Angga kepada KerisNews.com tentang awal ketertarikannya mengoleksi kujang.
Selain itu, Angga merasa memiliki separuh darah Pajajaran dan separuh Jawa. Ia juga tinggal di Bogor, di wilayah tataran Sunda, sehingga ia merasa memiliki panggilan untuk melestarikan budayanya.
“Kalau keris kan sudah ada yang ngurus. Di mana-mana keris sudah ada. Bahkan kemarin Pak Jokowi sudah bikin museum yang sangat luar biasa. Punten, kujang belum ada. Nah, kami-kami ini, orang segelintir kecil ini, yang mencoba mengetuk-ngetuk hati, siapa pun yang terketuk hatinya, yang memiliki kepedulian pada kujang ini. Mau dilestarikan atau nggak?” ujar Angga yang sampai saat ini telah mengoleksi ratusan kujang.

Muhammad Said Kusuma tengah mengisi Sarasehan sesi II dengan tema “Kudjang Jati Sunda”, di hari kedua Pameran “Ragam Pesona Kujang”, Sabtu (30/12/2017) di Botani Square, lt 2, Jl Pajajaran, Bogor. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
Sementara di sesi kedua, Muhammad Said Kusuma tampil sebagai pembicara dengan tema “Kudjang Jati Sunda”. Said melihat kujang dari berbagai perspektif. Misal, menurutnya, bentuk kujang merupakan manifestasi wujud manusia sebagai sebuah penciptaan yang sempurna. Melalui proses janin satu bulan sampai dengan sembilan bulan.
Menurut Said, ada disiplin ilmu warisan leluhur yang bisa dipakai untuk membaca tuntunan leluhur. Yaitu, Sindir, Sampir, Silib, Siloka, Sandi, Sasmita, dan Sunyata.
Semua itu jika diterapkan di dalam filosofi kujang, maka dalam Sindir, kujang adalah kukuh kanu jangji. Sampir, kujang merupakan alat pertanian orang “Sunda”. Silib, kujang merupakan Ku-Jawa-Hyang/Kudi-Hyang/Ku-Ujang. Siloka, kujang merupakan diri manusia sebagai pembawa ajaran untuk menyempurnakan kesejahteraan Naga–Ra.
Sandi atau Simbol, kujang adalah “manuk” atau burung sebagai lambang kedaulatan sebuah negara yang disimbolkan dalam bentuk burung (garuda). Sasmita, kujang merupakan Ka-Dja-Nga. Ka artinya tanaga (Buana Nyungcung), Dja artinya wujud hurip (Buana Panca Tengah), dan Nga artinya seune kawasa (Buana Larang atau Marcapada).
Dan, terakhir Sunyata, kujang sebagai manifestasi manusia, sebagai perwujudan alam semesta yang paling sempurna (kenyataannya).
Said juga menjelaskan jenis-jenis kujang menurut fungsingya. Yaitu, Kujang Pusaka, Kujang Pangarak, Kujang Pakarangan, Kujang Sajen, dan Kujang Pamangkas.

Suasana ruang pamer dan sarasehan di Pameran “Ragam Pesona Kujang”, Sabtu (30/12/2017), yang diselenggarakan di Botani Square, lt 2, Jl Pajajaran, Bogor. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
Kujang Pusaka, digunakan sebagai simbol pelindung keselamatan diri, keluarga, bahkan masyarakat sekitarnya. Demi terhindar dari mara bahaya yang mengancam. Kujang Pangarak, sebagai sarana upacara kenegaraan. Cara menggunakannya dipikul oleh barisan terdepan (garda). Kujang jenis ini menggunakan landean sebagai gagangnya.
Kujang Pakarangan, sebagai senjata tapi hanya untuk mempertahankan diri atau bela diri sewaktu keadaan sangat memaksa. Kujang Sajen, sebagai alat upacara ritual keagamaan atau ruwatan desa.
Dan, terakhir Kujang Pamangkas. Kujang ini sebagai sarana Upacara Serentaun (pamungkas) atau juga upacara membabat lahan pertanian. Upacara memotong padi saat pertama panen menggunakan kujang jenis ini.
Sementara, Hartadi, salah seorang anggota BKP, saat berbincang-bincang dengan KerisNews.com, mengakui bahwa bentuk kujang memiliki makna yang dalam. Ia memberi contoh, salah satunya, yaitu ketika kujang direbahkan atau dalam posisi horizontal maka kujang melambangkan rajawali yang terbang.
Hal ini, masih menurut Hartadi, menggambarkan kebebasan. Artinya, orang harus terlepas dari belenggu apa pun. Tidak ada keberpihakan, termasuk terlepas dari belenggu dunia. *

Peragaan silat dari Perguruan Padjajaran Cimande cabang Kabupaten Bogor ikut meramaikan Pameran “Ragam Pesona Kujang”, di hari kedua, Sabtu (30/12/2017) di Botani Square, lt 2, Jl Pajajaran, Bogor. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)

Para pengunjung pameran dan pengunjung mall saling berbaur melintas di tempat Pameran “Ragam Pesona Kujang”, Sabtu (30/12/2017), yang diselenggarakan di Botani Square, lt 2, Jl Pajajaran, Bogor. (KerisNews.com/Birul Sinari-Adi)
BambangHRJanuary 5, 2018 at 10:31 am
Bagus sekali ulasan tentang pameran kujang di Bogor. Semoga semakin menggairahkan generasi muda untuk menghargai karya cipta leluhurnya
Info KerisnewsJanuary 8, 2018 at 1:28 am
Selain ulasan event, kami juga membuka kesempatan jika Anda pun ingin menulis. Silakan berpartisipasi….