Kesekian Kali Yantono Nempa Pamor Meteorite

Setiap kali membaca berita ada orang bisa menempa pamor dengan bahan meteorite Yantono selalu bergumam. Dia merasa tidak pernah diperhitungkan bisa melakukannya, padahal menempa meteorite menjadi pamor keris itu sudah dilakukannya sejak akhir 1980.
“Terakhir pada 2015 saya mengerjakan pesanan seorang mantan pejabat BKPM yang pernah ditugaskan di New York, tidak hanya satu jenis bahan meteorite. Dan semuanya dia minta untuk dicantumkan di sertifikat,” ungkap Yantono, seorang pande keris yang pernah mengajar di Institut Seni Indonesia Surakarta, ketika ditemui KerisNews di rumahnya di Ngringo, Palur, Solo hari Minggu (3/12/2017) malam.
Tidak tanggung-tanggung. Pejabat BKPM itu bahkan menghadiahkan padanya dua ons lagi bahan meteorite Campo del Cielo yang pernah jatuh di Argentina khusus untuk dipakai Yantono sendiri, akan tetapi juga ia bawakan 6 (enam) jenis meteorite lagi dari berbagai Negara. Yakni meteorite Shikote-Alin dari Rusia, Gebel Kamil dari Mesir, Mundrabilla dari Australia, Nantan dari Guangxi China, Dronino dari Rusia dan Canyon Diablo dari Arizona AS.

Bahan brungkulan besi meteorite Campo del Cielo dari Argentina sebanyak 2 ons pemberian pejabat BKPM. (Kontributor/Tira Hadiatmojo)
Lagi-lagi tidak tanggung-tanggung. Sang pejabat muda usia itu juga minta dicantumkan dalam sertifikat kerisnya, segala macam jenis besi campuran yang diminta dirempos bersama dengan bahan-bahan meteorite itu. Dan Yantono merekam serta mengirim video proses pembuatannya.
Benda-benda lain yang juga diminta ditulis di dalam sertifikat kerisnya tertanggal 12 Maret 2016 itu adalah – kunci Jerusalem (dia bawa kunci dari Jerusalem), serta pasak untuk memaku bantal rel kereta api Amerika Serikat.
Proses pembuatannya memakai ritual “bancakan” (sesaji makanan) segala, dan sangking begitu senangnya pesanannya jadi, Yantono dihadiahi 2 ons lagi bahan meteorite Campo del Cielo dari Argentina…
“Yang mengharukan, keris berpamor meteorite serta kunci Jerusalem dan pasak rel kereta itu dipakainya menikah, pada 27 November 2017 baru saja lalu,” ungkap Yantono, seraya mempertunjukkan foto pernikahan si mantan pejabat BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), pakai baju Basahan Ngayogyakarta, akan tetapi kerisnya berwarangka Surakarta.

Sertifikat Keris Yantono tertanggal 12 Maret 2016 yang menyertakan semua bahan tempa termasuk kunci Jerusalem dan pasak kereta api Amerika. (Kontributor/Tira Hadiatmojo)
Tempa meteorite untuk bahan pamor keris juga dilakukan Yohanes Yantono atas pesanan seorang pejabat Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada sekitar 2013. Pejabat ini bahkan dua kali memesan keris berpamor meteorite.
“Saya selalu meminta pemesan, untuk membawa sendiri bahan meteorite yang mau dipakai bahan pamor. Sebab, tidak mudah mencari meteorite (bersertifikat) di pasaran dunia, selain juga mahal harganya…,”
Tentang eksperimen iron meteorite menjadi bahan pamor juga dilakukan oleh seorang Eksekutif PN Pegadaian, Ferry Febrianto. Namun, Ferry tidak membikinkan pada Yantono, akan tetapi di Madura. Ferry, beberapa saat silam, mengatakan ia tak menunggui sendiri proses tempa meteorite sebagai bahan pamor.
“Harga besi meteor di tangan kolektor sekitar 2 dollar AS (hampir Rp 20.000) per gram,” ujar Ferry, suatu ketika dalam wawancara dengan wartawan Kompas. Sekitar 100 gram besi meteor, menurut Ferry, bisa dipakai untuk bahan pamor tiga keris. Meteor itu ia pesan via internet melalui kolektor meteor, Jack Lacroix. Ada tiga keping besi meteorit bersertifikat yang akan dipakai (jenis kamasite, kategorinya coarse atau kasar), seberat sekitar 600 gram. Besi meteorit berasal dari meteor yang jatuh di Campo del Cielo, Argentina.

Bahan besi meteorite yang diconthong atau “ditapih” di tengah besi plaat tebal di besalen Yantono di Palur pada akhir 1980. (Dokumentasi Yohanes Yantono)
Pengalaman yang paling sulit dilupakan oleh Yantono, adalah ketika pertama-tama menempa besi meteorite Campo del Cielo pesananan seseorang dari Australia pada akhir 1980.
“Dia yang pertama kali mengajar saya menempa besi meteorite jadi bahan pamor,” ungkap Yantono. Dari besi meteorite Campo pemberian warga Australia ini, jadilah tiga buah keris yang model dhapurnya, maupun pamornya sama.
“Saya selalu membuat duplikat untuk keris-keris yang saya bikin. Khusus yang pertama ini saya bikin tiga bilah keris dengan model sama,” katanya. Keris pertama dikirim ke Australia, yang kedua (dipotret dan dimuat di Kompas 20 Agustus 1996) diminta dan dibeli Duta Besar Venezuela yang menonton hasil tempaanya ketika dipamerkan di Pameran Seni Tosan Aji di Bentara Budaya Jakarta pada Agustus 1996.
“Dubes Venezuela itu datang ke rumah saya di Palur, Solo, dan meminta (memaksa) membelinya seharga kurang lebih 2.000 dollar AS,” kata Yantono pula. Dengan terpaksa, keris yang semestinya mau disimpan sendiri ini dilepaskan kepada Dubes tersebut.
Keris yang ketiga, dengan bahan pamor besi meteorite dari warga Australia itu, masih disimpannya sampai saat ini. KerisNews sempat menanting, dan bahkan memotret keris berpamor meteorite ini, motif pamor kerisnya jenis pamor miring. Keris yang berlekuk 11 (Carita Keprabon) itu, selalu dipakainya setiap kali ia ‘njagong’ atau datang kondangan jika mengenakan baju tradisional Jawa.

Pamor besi meteorite Campo del Cielo yang suram garapan yang ketiga Yantono di besalen Palur, Solo 1980. Masih tersimpan sampai sekarang.
Tingkat kesulitan menempa besi meteorite, menurut Yantono, sangat tinggi. Sangat tidak mudah melakukannya. Sempat awalnya pada akhir 1980 itu beberapa kali gagal, namun kemudian ia berhasil melakukannya.
“Saya gunakan besi plaat tebal untuk ‘nyonthong’ (menapih, atau membungkus) besi meteorite nya….,” kata Yantono. Kalau ketipisan, lumat terbakar. Mula-mula dibuatnya conthong dari besi plaat tebal, setebal hampir 1 cm, pelan-pelan memalu untuk menyonthong meteorite-nya. Dan baru dipalunya keras, setelah besi meteorite terconthong bener-bener.
Proses penempaan baesi meteorite ini dia videokan, sehingga ada bukti bahwa ia memang menempa besi meteorite menjadi bahan pamor. Ketika akan memakai bahan-bahan spesifik untuk ditempa, seperti Kunci Jerusalem atau besi pasak (paku rel) untuk memaku bantalan kereta Amerika itu, teknik yang dipakai Yantono sama dengan proses “menapih batu meteorite” menjadi bahan baku pamor.
“Kunci Jerusalem dan Pasak Rel Kereta Amerika itu juga saya conthong dulu, untuk ditempa menjadi bahan pamor. Foto dan videonya saya kirimkan pada si pemesan,” ungkap Yantono.
Tidak salah lagi, jika Yantono yang garap kerisnya mungkin tak seindah garap Mbah Empu Sukamdhi yang terkenal di Solo itu, pantas dijuluki Pande Keris Meteorite berkat pengalaman eksperimen tempa meteornya, yang entah berapa kali dia lakukan. Saking seringnya mengerjakan pesanan bahan pamor besi meteorite… *

Kliping koran Kompas 1996 yang memuat Yantono memegang keris berpamor meteorit bikinan dia akhir 1980. Keris ini kemudian dibeli Dubes Venezuela pada Agustus 1996. (Dokumentasi/Yohanes Yantono)

Yantono ketika diwawancara KerisNews.com di rumahnya di Ngringo, Palur, Surakarta Minggu (2/12/2017) malam. (Kontributor/Tira Hadiatmojo)
No Responses