Pedang Pusaka yang Pernah Dipinjam Bung Karno

Kanjeng Kiai Lepet dan Kanjeng Kiai Lawi, dua pedang pusaka yang pernah dipinjam Bung Karno – dan dikembalikan lagi oleh Sang Proklamator setelah jatuh dari kekuasaannya. Dua pusaka dengan gagang dan sarung dari emas itu, konon, mempunyai daya linuwih yang hebat.
Sejarah dan legenda, atau fakta dan mitos, sering berpilin dan terajut menjadi satu dan sulit diuraikan. Pusaka dan sosok sejarah, juga demikian. Adalah sosok Bung Karno (BK) yang beberapa kali lolos dari upaya pembunuhan, sering dikaitkan dengan kekuatan supranatural yang dimiliki oleh sang pemimpin kharismatik itu. Dan, kekuatan supranatural itu, terkadang juga dikaitkan dengan keberadaan benda pusaka seperti keris atau pedang pusaka yang dimilikinya.
Pelemparan granat di Cikini, Jakarta, 30 November 1957, yang jelas-jelas sebagai upaya pembunuhan kepada Kepala Negara, menewaskan sembilan orang dan melukai sekitar lima puluh orang, di kemudian hari menjadi suatu contoh cerita bersatunya fakta dan mitos. Di antara korban – tewas dan luka-luka – adalah anak-anak. Maklum penggranatan itu dilakukan di Sekolah Rakyat Cikini. Sementara, Bung Karno selamat, dan sempat disembunyikan oleh pengawalnya di sebuah rumah di seberang sekolah itu – sebelum akhirnya dilarikan ke istana.
Namun, apapun, pelekatan ‘kemampuan lebih’ pada sosok Soekarno sebenarnya juga bukan hal yang aneh. Masyarakat menambahi dengan bumbu-bumbu kisah pada tokoh itu, mengingat Bung Karno dalam setiap penampilannya selalu menggenggam sebuah tongkat komando – yang didalamnya ada sebilah tosan aji, bisa patrem atau tombak cacing kanil. Bahkan ada foto sosok BK berpakaian baju safari warna putih, berpeci, tangan kirinya menggenggam sebilah pedang bersarung emas.

Pedang Pusaka Kanjeng Kiai Lawi (berkain hijau) dan Kanjeng Kiai Lepet dipotret di Kraton Surakarta. (Kerisnews.com/Riyo S Danumurti)
Adalah fakta pula, bahwa ternyata BK memiliki ratusan pusaka – yang kini disimpan oleh putrinya, Megawati – yang berasal dari berbagai daerah. Pusaka? Bisa ya, bisa tidak. Karena rata-rata senjata tradisional dari berbagai daerah yang diterima BK itu, adalah pemberian hadiah atau pisungsung dari para pejabat atau tokoh di daerah. Namun dari ratusan pusaka itu, konon, hanya tiga buah pusaka yang sangat berpengaruh pada diri Sang Proklamator.
Pusaka pertama bernama Kanjeng Kiai Lepet, berupa pedang dengan panjang bilah sekitar 60 sentimeter. Bilah berpamor wos wutah dengan bolang sebanyak 5 buah. Bolang adalah bentuk pamor setengah lingkaran dengan ciri utama terhias berurutan pada mata tajam pedang. Bilah dengan kualitas besi yang baik ini, diperkirakan dibuat pada pada zaman Majapahit. Sedangkan ciri lainnya, gagang dan sarungnya terbuat dari emas. Gagang bermotifkan Lung Temu, semacam daun-daunan tanaman talas, dan sarung pedang dengan motif alas-alasan – rerimbunan hutan dengan hewan berupa burung, macan, bulus dan sebagainya. Sarung dan gagang dengan motif seperti itu, dan selalu dilapisi emas, adalah khas buatan Sunan PB X.

Kanjeng Kiai Lawi, salah satu dari dua pedang pusaka Kraton Surakarta yang pernah dipinjam Bung Karno. (Keisnews.com/Riyo S Danumurti)
Pusaka kedua, bernama Kanjeng Kiai Lawi, juga berupa pedang dengan bentuk yang lebih kecil dan lebih pendek. Pusaka kedua ini diperkirakan juga tangguh Majapahit. Bedanya, bilahnya berpamor Pulo Tirto dan tanpa ada pamor bolang. Motif dan bentuk lapisan emas pada sarung dan gagangnya, bisa dipastikan ‘pakaian’ pedang tangguh Majapahit tersebut adalah yasan PB X. Sarung pedang dengan motif alas-alasan, dan gagang bermotif lung temu, membuat pedang kedua tampak kembar dengan pedang yang pertama.
BK menerima kedua pusaka itu dari Permaisuri Sunan PB XI, dan diperkirakan pada sekitar tahun 1939, atau 1940. Dari Kanjeng Prameswari PB XI inilah, Sukarno muda menerima kedua pedang berpenampilan indah dan mewah tersebut. Waktu itu, Bung Karno ditemani Soegiyopranoto, seorang tokoh Katolik, menghadap Ibu Ratu. Sukarno mendapat pedang pusaka, sementara Mgr. Soegiyopranoto mendapat sebuah salib.
Siapa yang memberikan kedua pedang kepada BK, di kalangan Kasunanan Surakarta tiada kata yang sama. Ada yang menyebut, KK Lawi diterima dari PB X sebelum wafat tahun 1939, sedangkan KK Lepet dari Pangeran Suryo Guritno (sebelum menjadi PB XII). Ada yang menyebut, bahwa KK Lawi diberikan langsung oleh Prameswari PB XI. Namun apapun, fakta sejarah menunjukkan bahwa BK pernah memegang kedua pusaka itu sejak muda, dan dikembalikan ke Keraton Solo sekitar tahun 1966-1967.
Pusaka ke tiga, berupa seperangkat wayang kulit dari Keraton Surakarta, yang dikenal dengan nama Kanjeng Kiai Kadung. Inilah pusaka yang, konon, terbuat dari kulit bedug masjid-masjid besar di Pulau Jawa, yang dibuat pada masa PB VI. Bentuk wayang Kanjeng Kiai Kadung mempunyai ukuran yang ekstra besar, hampir dua kali lipat ukuran wayang kulit yang dikenal sekarang. Hanya saja, wayang tindih-nya yaitu sosok Kumbokarno, tetap berada di Keraton Solo .
Benarkah ketiga pusaka tersebut itu mempunyai daya linuwih bagai pemegangnya? Inilah pertanyaan yang, agaknya, bakal menimbulkan jawaban penuh perdebatan. Yang jelas, ketiga pusaka yang kini menempati Gedong Pusaka Kesunanan Surakarta, berbentuk indah dan tersimpan aman.
Sumber : Majalah KERIS

Kenjeng Kiai (KK) Lepet, satu dari dua pedang yang pernah dipinjam Bung Karno. (Kerisnews.com/Riyo S Danumurti)
No Responses