Panembahan Sumolo, Raja Sumenep yang Pandai Bikin Keris

Panembahan Sumolo, Raja Sumenep yang Pandai Bikin Keris
Sampel keris Panembahan Sumolo dari keluarga Jaknal kini koleksi Herry Haryadi. (Kerisnews.com/Riyo S Danumurti)

Madura zaman dulu, bisa dipastikan bahwa bangsawan yang mampu membuat keris – dan berlaku sebagai empu keris – hanyalah  Pangeran Natakusuma I, yang memerintah Sumenep pada tahun 1762 – 1811. Barangkali, di tengah ketenaran para empu keris Madura zaman dulu – seperti Empu Pekandangan,  Empu Keleng Pademawu, Empu Nepa, Empu Koso, Empu Masana, dan  Empu Citrono – maka Natakusuma adalah satu-satunya bangsawan Madura yang membuat  model keris tersendiri.

Saat ini tidak banyak, bahkan sangat sulit bisa menemukan keris-keris karya Sumolo di pasaran. Ini disebabkan, antara lain, keris-keris tersebut berada di tangan para kolektor.

Secara sepintas, keris karya Panembahan Sumolo atau Somala mirip dengan keris-keris empu dari Jawa. Luk-nya sangat nyata (ngrengkol), dengan keindahan estetika yang yang tinggi.  Keris-keris karya Panembahan Sumolo, seperti halnya keris-keris Madura pada umumnya, berpamor kulit semangka atau beras wutah. Yang khas dari keris karyanya, adalah rata-rata berbentuk luk,  tanpa  sogokan.   Uniknya, dengan ketiadaan sogokan, keris justru kelihatan sangar atau keramat.

Kraton Sumenep

Kraton Sumenep kini merupakan salah satu museum warisan sejarah Madura, terbuka untuk umum. (Repro Dok Istimewa)

Panembahan Sumolo atau Natakusuma I ini sangat besar jasanya bagi Sumenep, dan Madura umumnya.  Natakusuma I semasa muda bernama bernama Raden Asirudin,  putera raja Sumenep: R. Tumenggung Tirtanegara.  Asirudin menjadi Raja Sumenep ke-11,  dilantik oleh Gubernur Jendral Petrus Albertus Vander Parra, pada tahun 1762 di Semarang.

Natakusuma sangat dikenal dan terkenal mempunyai jiwa seni yang tinggi.  Pada zamannya, raja ini  membangun keraton baru, yang letaknya sebelah Timur keraton lama di Pejagalan.  Keraton yang sekarang masih berdiri dengan megah, adalah warisan adipati yang terkenal sangat dekat dengan rakyatnya ini.

BACA JUGA  Peterson Pun Bersilat dengan Keris

Banyak peristiwa sejarah yang terjadi di Sumenep ketika Natakusuma I memerintah. Salah satunya, adalah bersama-sama Adibati Bangkalan Pangeran Cakraningrat V, atas permintaan Kompeni Belanda, untuk memadamkan pemberontakan rakyat.  Karena menang perang, Panembahan Somala dihadiahi Panarukan, ujung Timur Pulau Jawa – yang dulu lepas dari kekuasaan Sumenep.  Tapi Panarukan ini kemudian ditukarkan lagi dengan daerah pulau-pulau sekitar Madura.

Kraton Sumenep

Suasana dalam Kraton Sumenep. (Sumber EastJava.com)

Pada masa Sumolo pula, di Sumenep sendiri juga pernah terjadi pemberontakan rakyat – yang sebenarnya merupakan gerakan melawan Belanda. Pemberontakan di Batang-batang itu akhirnya bisa diselesaikan,  tanpa banyak korban jiwa.  Sumolo yang sangat cinta rakyat itu, mencoba berdiri di tengah – antara Belanda dan rakyat – dengan membawanya ke meja perundingan. Pemberontakan tahun 1775  ini akhirnya bisa dipadamkan.

Sumolo juga dikenal sangat santri.  Kesantriannya ini ditunjukkan dengan perintahnya memperbaiki Masjid Laju, masjid Sumenep lama di Kepanjen, Sumenep, yang didirikan oleh Panngeran Anggadipa, raja Sumenep yang memerintah dari tahun 1626 – 1644.  Namun meskipun sudah direnovasi, Masjid Laju itu dianggap terlalu kecil untuk menampung rakyat Sumenep yang akan menjalankan ibadah. Karena itu, diperintahkannya untuk membuat Masjid Jami’ Sumenep yang besar.   Masjid mulai dibangun  pada tahun 1779 dan selesai pada 1787.

Pada zaman Somala pula, Nusantara berganti dikuasai oleh kolonial Inggris yang mengalahkan Belanda. Bahkan tentara Inggris sempat menyerbu Keraton Sumenep, yang melakukan perlawanan. Dalam pertempuran melawan Inggris itu, patihnya yang bernama Kiai Mangundireja menjadi korban dan tewas. Tak lama setelah Inggris menguasai Madura, Pangeran Natakusuma I meninggal dunia.  Kematiannya meninggalkan kenangan atas bangsawan yang alim dan bijaksana. Peninggalannya selain keraton dan Masjid Sumenep, juga keris-keris karyanya.

BACA JUGA  Keris dan Pusaka Diponegoro

Tahta Kadipaten Sumenep kemudian diteruskan oleh putranya, R. Tumenggung Abdurachman Natakusuma, yang kemudian bergelar Pangeran Natakusuma II. Adipati ini dilantik penguasa Inggris. Adipati yang nantinya dinaikkan gelarnya oleh Inggris dengan nama Sultan Abdurachman Pakunataningrat.  Pemberian gelar ini karena putera Sumolo ini sangat pandai dalam bidang sastra dan seni. Bahkan penyusunan buku Histoty of Java oleh Gubernur Jendral Sir Thomas Stanford Raffles, dibantu oleh raja Sumenep ini.  Abdurachman Pakunataningrat adalah seorang bangsawan yang menguasai berbagai bahasa seperti Jawa, Jawi kuno, Melayu, Belanda, Arab, juga Sanskerta. Karena ini pula, Raffles sangat menyukai raja ini dan sering memberinya hadiah-hadiah. *

banner 468x60

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.