Aktualisasi Jiwa Keris untuk Mencetak Pribadi Mulia

By Sugiri Citro
Apa kesan di benak Anda ketika mendengar kata Keris? Apa kesan yang terbersit ketika mendengar kata Katana? Atau Samurai?
Masih banyak kalangan yang memandang keris sebagai sesuatu yang angker dan cenderung negatif. Di sisi lain, saat menyebut Katana atau Samurai, terasa adanya kesan kehadiran kualitas jiwa yang teguh pada pilihan jalan hidup yang lekat dengan karakter kesatria sejati. Katana dan Samurai terkesan jauh dari angker jika dibandingkan keris.
Persepsi negatif secara umum terhadap keris itu timbul karena belum banyaknya bahan referensi yang mudah diakses masyarakat umum terkait dengan esensi atau jiwa dari sebuah keris. Belum lagi pencitraan di sinetron-sinetron kita yang sering mengambarkan keris sebagai hal-hal yang terlalu lekat dengan dunia horror dan di luar nalar. Padahal, sebilah keris dapat menjadi pengeling-eling (pengingat) untuk pemberdayaan diri.
Keris mendapat pengakuan dunia di Paris 25 November 2005 dari lembaga ilmu pengetahuan dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa, UNESCO, yang menyatakan bahwa “Keris Indonesia adalah sebuah mahakarya lisan dan tak benda dari kemanusiaan” (The Indonesia Keris is a masterpiece of the oral and intangible heritage of humanity).
Pengakuan ini menunjukkan bahwa ada nilai mulia yang perlu digali dari keris mahakarya asli Indonesia. Dalam proses penciptaan keris, banyak sekali makna mulia yang dapat kita gali. Makna simbolik dari keris dapat memperkaya khasanah pola pikir mulia, disiplin, kreatif, tangguh, tekun, konsisten dan persisten, tanpa melupakan estetika keindahan dan harmoni.
Saat kita memegang dan mencermati bilah keris yang berkualitas, dibuat dari bahan baja, besi dan pamor pilihan, kita akan terpesona dengan penampilannya yang memiliki pancaran aura kewibawaan, kemuliaan yang tidak kita temui pada benda-benda pabrikan misalnya. Atau benda-benda bikinan massal yang hanya semata mengejar kuantitas produksi, tanpa kontrol kualitas memadai.
Penampilan aura seperti itu mengingatkan bahwa kita terlahir di dunia sudah dilengkapi dengan bekal mulia dari Sang Pencipta Kehidupan. Kita diminta untuk mengolah dan menempanya dalam kehidupan.
Pilihan kita adalah, akankah kita mengolah dan menempa bekal kehidupan itu dengan sungguh-sungguh menjadi sesuatu yang berkualitas? Atau mengolah bekal itu tanpa perencanaan yang baik dan menjadi ‘produk massal’?
Seperti halnya proses pembuatan keris yang melalui perenungan mendalam, proses tempa yang penuh ketekunan, keuletan, ketelitian dan dengan tingkat presisi tinggi, untuk menjadi pribadi yang berkualitas perlu menyiapkan olah-diri dengan baik.
Kita perlu menyediakan waktu untuk diri kita sendiri, merenungkan kehadiran kita di dunia ini akan berperan sebagai apa? Kita juga perlu siap melalui tempaan kehidupan dengan penuh kesabaran, keberanian, keuletan, pantang menyerah agar mencapai kualitas diri terbaik.
Kita dapat belajar dari Empu Keris yang merancang dengan baik bentuk bilah yang akan dibuatnya. Perancangan keris melalui proses yang sangat detail dan disertai keheningan jiwa dalam doa-doa kemuliaan. Perancangan yang melibatkan keselarasan rasa hati, olah pikir dan gerak raga akan menjadi prasasti adiluhung yang dikenang lintas zaman.
Jika keris dirancang dengan amat serius, maka diri kita pun perlu kembali menyadari dan menelisik kedalam diri untuk memahami dengan jelas apa tujuan hidup kita, demi terciptanya kehidupan yang semakin baik dan mulia serta sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta yang telah membekali diri kita dengan potensi diri yang luar biasa.
Selanjutnya, mari kita bertanya ke dalam diri kita masing-masing, “Apa peran yang akan aku pilih sehingga kehadiranku di dunia ini memberi manfaat terbaik dan sebagai apa aku ingin dikenang saat aku kembali kepadaNya?”.
Sebuah rancangan keris tidak akan bisa terwujud secara nyata jika tidak ditindak lanjuti dengan langkah memilih dan memilah bahan terbaik untuk ditempa menjadi bakal bilah keris dan dilanjutkan dengan proses selanjutnya dalam pembuatan keris.
Demikian pula dengan diri kita yang sudah merancang dengan baik tujuan hidup tetapi tidak segera memulai langkah untuk merealisasinya, maka itu hanya akan menjadi impian kosong belaka.
Action now…
Melangkah dari yang terkecil dan terdekat adalah kunci utama untuk merealisasi sebuah tujuan mulia.
Keris tak akan tercipta jika tidak dimulai dengan pukulan tempaan dan lipatan dalam bara api yang meleburkan dan menyatukan berbagai bahan untuk bilah keris.
Setiap langkah kehidupan kita juga akan menghadapi tempaan dan lipatan berkali-kali yang akan ‘membersihkan kotoran’ dalam diri kita sehingga diri kita seperti dimurnikan, kembali ke diri sejati.
Selamat menikmati perjalanan kehidupan dengan karya sepenuh hati dan menjadi pribadi mulia yang menghadirkan manfaat bagi kehidupan. Urip iku Urub!
(Sugiri Citro, motivator dan pemerhati keris)
No Responses