Radya Pustaka Riwayatmu Kini

Kasus pencurian dan pemalsuan arca koleksi Museum Radya Pustaka Solo yang menghebohkan tahun 2007 masih menyisakan kisahnya sampai hari ini di Surakarta. Museum yang dikenal memiliki kekayaan sejarah luar biasa bagi perkembangan kota Solo ini masih terlihat belum pulih dari lukanya.
Kerisnews.com mendatangi museum di sisi Timur Taman Sriwedari di jantung kota Solo itu Rabu, pekan lalu, beberapa jam sebelum Museum Keris Nusantara Surakarta diresmikan Presiden Joko Widodo, hanya beberapa ratus meter dari Museum Radya Pustaka, di areal Verponding yang sama bekas Kebon Raja di zaman Mataram Surakarta.
Kasus yang terjadi di era Wali Kota Joko Widodo, yang kini presiden itu, tidak hanya mengguncang warga kota Solo, akan tetapi juga menyisakan kisah dramatis. Saksi Ahli, Drs Lambang Babar Purnomo yang sehari-hari adalah pegawai negeri sipil (PNS) di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, ditemukan tewas di Ring Road Utara Jalan Pandega Padma, Sleman Yogyakarta hanya sekitar sembilan hari sebelum digelarnya sidang pertama kasus Arca Radya Pustaka itu, di Pengadilan Negeri Surakarta pada Februari 2008.
Kasus itu mengadili mantan Kepala Museum Radya Pustaka Solo KRH Darmodipuro alias Mbah Hadi serta Suparjo alias Gatot (petugas keamanan museum), Jarwadi (juru pelihara museum), dan Heru Suryanto (warga yang diduga keras terlibat dalam kasus pencurian dan pemalsuan benda-benda di museum). Pengadilan pertama kasus ini digelar di PN Surakarta pada 18 Februari 2008.
Mbah Hadi sendiri, ditahan pihak kepolisian pada 18 November 2007 sebagai tersangka dalam kasus hilangnya sejumlah koleksi museum, antara lain lima arca batu buatan abad ke-4 dan 9 yang dijual kepada pihak lain dengan harga Rp 80 juta-Rp 270 juta per arca. Penyelidikan menunjukkan bahwa koleksi museum yang hilang itu ternyata lebih dulu diganti dengan barang palsu. Dua hari kemudian, polisi menggeledah salah satu rumah pengusaha Nasional di Jakarta dan menemukan lima arca yang hilang dari museum tersebut.

Salah satu ruangan di Museum Radya Pustaka (Kerisnews.com/Jimmy S Harianto)
Ditangkapnya Kepala Museum beserta jajarannya karena Kasus Arca 2007 itu membuat museum pun seperti perahu limbung. Pemerintah Kota (Pemkot) pun membentuk Komite Museum, dan kemudian museum dipimpin oleh Kepala Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Museum Pemkot Surakarta, sampai sekarang. Semula pengelolaan museum ditangani oleh tenaga sukarela, dan kini oleh Tenaga Kerja Perjanjian Kontrak (TKPK).
“Kami tidak boleh memungut retribusi untuk masuk museum, sampai ada ketentuan dari Pemkot,” ungkap Fajar, petugas TKPK yang ditemui kerisnews.com Rabu siang itu. Menurut Fajar, ia dulu berasal dari tenaga kerja suka rela selama tujuh tahun di museum itu, dan kini petugas TKPK. Tidak hanya menunggui dan mencatat tamu yang berkunjung ke museum, Fajar mengaku juga tidur menginap di museum bersama sejumlah anggota TKPK yang ditugaskan bergiliran.
Menurut Kepala UPT Museum Bambang MBS kepada kerisnews.com, Museum Radya Pustaka yang didirikan 1890 (127 tahun silam) itu memiliki sekitar 10.200 koleksi, terbanyak berupa buku-buku kuno sekitar 6.000 buah, serta arca batu 173 buah, arca perunggu dan logam 23, berbagai cendera mata seperti kenang-kenangan dari Napoleon IV, serta koleksi wayang baik itu wayang purwa, maupun wayang beber dan wayang klitik. Tosan aji, ada sekitar 200 bilah.
“Koleksi keris dan tosan aji Radya Pustaka, tetap akan disimpan di Radya Pustaka. Tidak akan dipindahkan ke Museum Keris Nusantara yang baru,” kata Ketua Museum, Bambang MBS. Museum ini, sangat laris dikunjungi terutama oleh peneliti-peneliti asing untuk melakukan penelitian pada buku-buku kuno milik Radya Pustaka.
“Rata-rata, tiap bulan ada 3 sampai 4 orang asing baik itu dari Perancis, Jepang, bahkan Mesir melakukan penelitian di sini. Ada yang mencari tahu atau meneliti soal kawruh kepribadian nasional, ada yang tentang kebudayaan,” kata Bambang pula.
Museum ini memilik 16 judul naskah asli buku masterpiece Jawa, di antaranya adalah Kitab Centhini, Kalatida karya pujangga Ranggawarsita, serta Serat Wedatama tentang laku utama orang Jawa dan sebagainya. *
No Responses