Keris Jokowi di Museum Surakarta

Presiden Jokowi diam-diam suka koleksi keris. Mengaku punya koleksi di rumahnya, dan beberapa bahkan akan dia serahkan untuk melengkapi koleksi Museum Keris Nusantara yang baru ia resmikan di Solo, pada Rebo Legi 9 Agustus 2017 baru lalu. Di antara koleksi yang nanti akan diserahkan ke museum, kata Jokowi, salah satunya hadiah dari Perdana Menteri Belanda ketika berkunjung ke Indonesia pada 2016 lalu.
“Nanti saya pilihi yang baik-baik dan saya serahkan langsung ke Pak Wali. Ya kira-kira ada satu, dua, tiga, limalah yang akan saya hibahkan. Ditambah yang tadi dari PM Belanda. Kalau jumlah keris di rumah nggak ngitung, dari dulu kalau ada yang disuka, ya beli…,” ungkap Jokowi, dalam pidato pada peresmian museum yang beberapa kali tertunda peresmiannya sejak dibangun pada 2013 silam.
Sedangkan keris dari negeri Belanda yang diterima dari Perdana Menteri Negeri kincir, Mark Rutte itu berupa keris Sulawesi (Bugis) berlapis emas, yang dari penampilannya diperkirakan adalah keris dari kerajaan Bone pada era kolonial Belanda. Di Belanda, saat ini banyak tersimpan ratusan bilah keris peninggalan lama kerajaan-kerajaan Nusantara pada masa kolonial. Di antaranya, tersimpan dengan baik di museum-museum seantero Belanda seperti Tropen Museum, dan Rijkmuseum di Leiden.
Museum Keris Nusantara itu diresmikan oleh Jokowi dengan ditandai pengguntingan pita melati oleh Jokowi dan Ibu Negara Iriana, disaksikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Wali Kota Solo FX Rudyatmo. Museum baru akan dibuka berbayar untuk umum awal September.

Keris Pemberian dari Perdana Menteri Belanda Mark Rutte tahun 2016 (Dok. Setneg RI)
Pada hari pembukaan Rabu (9/8/2017) pun, Jokowi bahkan sudah menghibahkan kerisnya. Ketika itu, Jokowi dibuatkan keris berlekuk (luk) lima dengan relief emas Singa Bersayap atas dengan warangka berhias sunggingan pakai prada emas, dan diserahkan pada saat peresmian museum. Sempat dicermatinya keris tersebut di etalase khusus yang dibuatkan untuk pusaka pesanan khusus tersebut. Tetapi rupanya, Jokowi malah menyerahkan keris yang dibuat untuknya tersebut, untuk melengkapi koleksi Museum Nusantara di Surakarta.
“Kerisnya bernama Kanjeng Kiai Tengara,” ungkap Kanjeng Pangeran Wiwoho Basuki Tjokronegoro, pemrakarsa keris yang berdapur Pendawa Singa Manglar (berluk lima, dengan hiasan relief singa pakai lar atau pakai sayap) tersebut, kepada kerisnews.com Rabu (12/Agustus/2017) lalu.
Wiwoho Basuki sendiri adalah pengusaha peralatan pengeboran minyak nasional di Jakarta, yang pada suatu masa pernah memimpin Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) pada 2006-2011. Selain memprakarsai “Keris Jokowi” Wiwoho juga menjadi donatur utama yang membantu menyelesaikan tahap akhir Museum Keris Nusantara, serta menyumbangkan beberapa koleksi pribadinya guna melengkapi sekitar 409 koleksi pertama museum tersebut.
“Pengunjung digratiskan sampai 31 Agustus,” ungkap Wali Kota Surakarta, FX Rudyatmo kepada kerisnews.com di Museum Keris Nusantara, usai peresmian. Demikian pula, digratiskan Museum Radya Pustaka yang menjadi satu pengelolaannya dengan Museum Nusantara di Jalan Bhayangkara Solo ini, di bawah UPT (Unit Pelayanan Terpadu) Museum Pemkot Surakarta.
Museum ini memiliki empat lantai dan satu lantai basement. Lantai 4 merupakan lantai yang berisi informasi berupa diorama, mengetengahkan bagaimana para empu di masa lalu membuat keris di besalen (tempat pembuatan keris), menempa saton atau bakalan keris untuk kemudian diwarangi (dicelup larutan khusus) agar motif pamor yang ada di bilah, muncul berwarna putih ada yang keperakan, serta bilahnya hitam atau abu-abu.

Wali Kota Surakarta FX Rudyatmo memperlihatkan bundel Majalah Keris kepada Jokowi (Kontributor/Ady Sulistyono)
Kepada kerisnews.com, Wali Kota Rudyatmo mengatakan, selain akan menjadi tujuan wisata yang baru di Surakarta, Museum Keris Nusantara menurut Wali Kota Surakarta, FX Rudyatmo kepada kerisnews.com, juga akan menjadi tempat pembelajaran bagi mereka yang ingin memahami budaya keris.
Di samping memiliki museum baru ini, Surakarta juga masih memiliki Museum Radya Pustaka — sekitar 500 meter lokasinya dari museum baru ini, di kawasan sama kawasan Sriwedari. Berbeda dengan Museum Keris Nusantara, maka Museum Radya Pustaka justru merupakan museum yang menyimpan banyak benda bernilai sejarah bagi perkembangan kota Surakarta. Koleksi kitab-kitab kunonya populer di kalangan orang asing, terutama Eropa dan Jepang, serta koleksi tosan aji yang cukup bervariasi dari berbagai wilayah Nusantara. Koleksi tosan aji Radya Pustaka, tidak akan dipindahkan ke Museum yang baru. (Baca juga, “Radya Pustaka Riwayatmu Kini”)
Pembangunan Museum Keris Nusantara yang sempat tersendat tersebut, dibiayai APBD 2013-2017 serta dana hibah, total lebih dari 24,6 milyar. Menurut Rudyatmo, terdiri dari dana APBD 2013 Rp 7.920.602.000, APBD 2014 Rp 5.582.071.500, APBD 2015 Rp 8.469.647.500, APBD 2016 Rp 1.235.241.898 serta dana hibah Rp 1.420.000.000.
Museum Keris Nusantara di Jalan Bhayangkara memiliki koleksi pertama tosan aji 409 bilah, sebagian ada yang berupa pinjaman. Rinciannya, koleksi pinjaman 13 bilah dari serikat perkerisan Senapati Nusantara, 6 bilah dari Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia, dan 18 bilah lagi hibah dari kolektor anggota paguyuban. Koleksi pinjaman akan dikembalikan pada pemiliknya dalam jangka kurang lebih sebulan.
“Ada 18 kurator yang dibentuk Wali Kota, yang aktif 14 orang, untuk menangani koleksi museum keris,” ungkap Bambang MBS, Kepala UPT Museum Radya Pustaka dan Museum Nusantara Surakarta, yang ditemui kerisnews.com di kamar kerjanya di Jalan Bhayangkara, Solo. Selain menyeleksi keris-keris yang dipasang di etalase museum, para kurator ini juga akan memilih keris-keris sumbangan hibah dari masyarakat yang akan menyimpankan keris-keris mereka di Museum Keris Nusantara di Surakarta. *
MulAugust 21, 2017 at 8:04 am
Mantap
Info KerisnewsAugust 22, 2017 at 10:16 am
matur nuwun mas Mul Apresiasinya